Kupu-Kupu Hitam

Oktober 24, 2022


Sudah terseberangi jembatan yang berdecit hingga ngilu di kupingku karenanya. Lalu seharusnya bukankah kau telah sampai di ujung sana?

Sore temaram itu berpendar kelabu di matamu, dulu. Aku tanpa lensa tak mengerti apa-apa di seberang sini, kini. Hanya tanya tanpa jawaban yang kuterima, mengapa ada kupu-kupu hitam kemari lagi?

Aroma yang dibawanya menyengat tentang hangat, harum, dan semua tentangmu. Bukankah hal itu harusnya telah membusuk di sepanjang perjalanan jarak antara aku dan kamu? Atau seharusnya hanyut bersama deras arus menuju hilir di masa lalu?

Tentu saja tumbuhan pagarku yang hijau sehat menjadi layu. Kedatangan kupu-kupu hitam itu mengejutkanku. Aku tak berhenti berbahagia, aku hanya bertanya-tanya, ada apa kau menjengukku kembali, apa yang ingin kau ketahui?

Lupakah engkau bahwa aku pernah mengukuhkan percakapan terakhir? Jika yang ingin kau tanyakan ialah apakah aku bahagia atau menderita, maka tak perlu kau terbang kemari. Jawaban itu tak seharusnya engkau cari-cari.

Tidakkah kabut tebal itu cukup jelas? Pertanda kau tak selayaknya untuk berbalik sesukamu. Tingkahmu jauh lebih pekat menghitam bukan hanya abu-abu.

Aku sungguh tak mengerti apa yang ingin engkau tahu? Bahagia dan sedihku tak butuh pandanganmu. Aku terlalu bersinar sekarang, untuk bisa lagi kau nikmati hanya dengan mata telanjang.

Sedari dulu lubuk hatimu telah mati di pangkuanku. Lama kutimang hingga dengan sadar lalu kubuang. Tak peduli dengan pelan atau kasar, yang jelas, kau yang dulu telah tiada lagi sejak saat itu.

Maka berkali-kali kuperingati, berhentilah, dan aku tak mengerti lagi dengan cara apa kau bisa berhenti.


You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Blog Archive