Let Me Tell You About My February - 3
Maret 09, 2022Jangan terlalu senang dulu, karena menyiapkan kemungkinan terburuk, termasuk menyiapkan patah hati adalah hal yang ternyata tidak boleh dilewatkan ketika mengagumi, menyukai, mencintai seseorang, terlebih naksir jalur diam-diam. Karena, bahagia dan sedih datang satu paket.
------
Let Me Tell You About My February 2 : baca sekarang.
Aku sudah bilang kepada Anggi, kalau aku sudah punya rencana untuk mendekati Mas Dewa. Aku berpikir, kayaknya kali ini aku juga harus bertindak deh, supaya rasa ini nggak mentok disini saja. Salah nggak sih?
Aku pun sudah meminta doa restu dari Anggi supaya proyek besar ini terealisasi dan sukses nantinya.
"Yang bener tuh.. berdoa di sepertiga malam, Daf,"
"Iye.. iye," dan Anggi pun tahu, kalau aku hanya akan 'iya-iya' saja.
"Jangan aneh-aneh,"
"Enggak..."
"Awas aja jadi gila,"
"Ya nggak mungkin lah."
"Emang beneran udah move on?"
"Come on, Nggi, Udah dua tahun..."
Aku sudah memikirkan rencana itu, menyusunnya di kepalaku. Hanya tinggal mencari waktu yang tepat untuk bisa langsung eksekusi. Aku sudah berpikir berulang kali, tentang apakah aku akan benar-benar melakukannya? Apakah aku yakin tentang ini? Apa aku menerima pilihan langkahku ini?
Beberapa hari kemudian setelah aku bangga memiliki rencana untuk pendekatan dengan Mas Dewa, aku mendapatkan pesan dari Anggi.
Anggi : Daf, Mas Dewa mau nikah abis lulus besok
Daffo : Whhh whhat? Ah yg bener?
Anggi : Iya, kata anak2 ukm tadi aku denger dr org
Daffo : Plis deh, patah hati nih aing
Anggi : Yaampun, yang sabar ya Daf, patah sebelum berjuang HAHAHHA
Aku tahu pasti Anggi ketawa jahat sekaligus puas, tapi juga kasihan kepadaku. Sudah berniat move on dan bisa suka lagi sama orang, mau pendekatan, tapi malah kepentok janur kuning yang akan segera melengkung.
Ternyata nyesek juga ya, ulah bercandaanku ini? Dulu hanya candaan, suka beneran, ending-nya sangat lucu sekali. Getir dan menyedihkan. Kasihan sekali diriku.
Aku bertemu Anggi di kafetaria kampus. Kesempatan itu pun aku gunakan untuk meluapkan perasaanku kepada Anggi.
"Kalau janur kuning belum melengkung, masih bisa gas nggak sih?"
"Gila lo!"
"Yah, Nggi.. awalnya candaan tapi sekarang patah hatinya beneran nih, Nggi.."
Anggi hanya tertawa. Padahal saat ini, kisah percintaannya juga sedang tidak mulus.
"Terus, calonnya Mas Dewa siapa ya Nggi?"
"Oiya, nggak ada yang tahu, anak-anak UKM, temen-temen tuh pada denger juga desas-desus Mas Dewa bakal nikah, tapi nggak ada yang tahu siapa calonnya."
Aku menyeruput es teh manisku sambil mendengarkan jawbaan Anggi. Untung saja kafetaria saat ini sedang tidak ramai, jadi pembicaraan kita berdua tidak akan diketahui orang-orang. Bisa jadi bahan omongan kalau sampai aku ketahuan diam-diam suka dengan Mas Dewa.
"Yaampun, siapa wanita beruntung ituuuuu..." kataku sambil meletakkan gelas es teh sedikit keras di meja.
Anggi cengengesan lagi.
"Pantesan, waktu itu kamu pernah bilang, kalau dia mengikuti akun-akun nikah, undangan nikah, dan sebangsanya di instagram,"
Iya, tentu saja aku pernah stalking instagram Mas Dewa.
"Sebenernya, aku juga nggak yakin 100% kalau Mas Dewa itu jomblo. Pasti dia dating in private. Kan.. bener!"
"Yah Daf, nggak jadi proyek besar ini,"
"Dah, gagal Nggi.. gagal!"
Bagaimana hari-hariku setelah kabar itu? Biasa saja sebenarnya. Tapi ya, rasanya tentu agak nyesek sih. Gimana sih, aku?
Aku pernah bilang kepada Anggi, andai kata aku menerima kabar mantanku akan menikah dibanding Mas Dewa akan menikah, maka yang akan membuatku galau adalah kabar menikahnya Mas Dewa. Mantan adalah masa lalu, sedangkan Mas Dewa adalah masa depanku. Itu, lagi-lagi kalimat absurd. Aku bersungguh-sungguh dalam analogi galaunya, tapi untuk perihal masa depan, itu hanyalah ucapan belaka saja.
Yah, inilah risiko mencintai diam-diam. Tapi, untungnya aku belum sampai tahap mencintai. Karena aku masih di tahap menyukai. Aku jadi bingung, apakah aku sedang menyangkal perasaanku? Aku tidak tahu.
------
Let Me Tell You About My February 4 : baca sekarang.
0 comments