Let Me Tell You About My February - 2

Maret 06, 2022

Jadi, meskipun pada awalnya kamu percaya cinta, pada mulanya kisah itu indah dan menarik, serasa mengagumkan dan mengejutkan, dan memang seperti itulah rasa bahagianya sebuah awal mula kisah, lalu sekarang, tentang bagaimana kelanjutannya adalah tetap saja tidak dapat ditebak. Benar bukan?

Halo, masih ingat denganku? Daffo. Daffodil, yang berada disini untuk menceritakan kisahku satu tahun yang lalu. Sudah ingat belum? Yang pernah berbagi kisah rahasia tentang Mas Dewa. Gimana? Sudah ingat? Rahasiaku aman bersamamu kan?

------

 

Let Me Tell You About My February 1 : baca sekarang.

 

------

Karena sering jajan ke koperasi dan beli perintilan ini-itu, aku jadi hafal anak-anak penunggu koperasi. Termasuk Budi, dia teman si Anggi ternyata. Teman SMP, aku juga baru tahu. Anggi juga baru bergabung dengan koperasi, tentu saja lebih lama si Budi.

"Aku tinggal beli es dulu ke kantin ya?" si Budi berpamitan kepadaku dan Anggi yang masing-masing masih duduk di kursi plastik di koperasi. Anggi duduk di kasir, sedangkan aku di dekat lemari es krim. 

"Inget, disuruh apa tadi sama si Budi?" kataku kepada Anggi.

"Iya, ini juga mau ambil kok," katanya sambil bangkit dari duduknya. Anak ini memang banyak alasan.

Dia berjalan ke arah gudang dan mengambil beberapa barang untuk mengisi stok yang habis di display. Aku duduk sambil makan es krim dan mantengin Tiktok.

"Beli..!" Suara berat masuk di koperasi, membuatku kaget dan segera meletakkan sendok es krim ke wadahnya, lalu mematikan ponselku.

"Iya?" Aku mengangkat kepalaku, mendongak, melihat siapa yang baru saja datang di ambang pintu koperasi dengan suara lantang itu.

Astaga!

Ini beneran?

"Mbak, eh,"

"Iya, beli apa Mas?"

"Mau beli lakban hitam Mbak,"

"Oh, iya, sebentar,"

Dalam hati aku tidak sempat untuk berdebar karena terlalu kaget melihat siapa yang datang. Ya, dia adalah Mas Dewa. Bagaimana bisa aku bertemu dia lagi setalah setahun yang lalu? Setelah acara pelepasan penyu itu? Setelah aku menggunakan namanya sebagai alasan kepada Anggi? Dan sekarang Anggi juga sedang berada disini? Bisa mati aku, kalau Anggi sampai ember!

Aku menuju rak yang berisi beberapa macam lakban disana. "Hitam, ya Mas?"

"Iya, Mbak," dia berdiri di depan meja kasir bersama seorang temannya. "Kamu itu semester berapa sih Mbak?"

Aku tidak menyangka Mas Dewa akan mengajukan pertanyaan basa-basi seperti itu kepadaku. Di saat seperti ini. Sekarang. "Sekarang semester enam, Mas,"

Aku kembali dari rak lakban dan mendekatinya, langsung memberikan lakban hitam kepadanya. "Ini Mas, yang jaga lagi pada pergi Mas, yang satunya lagi di gudang, harganya sepuluh ribu, kalau bisa uang pas ya Mas?

"Oh, oke Mbak," dia mengeluarkan uang sepuluh ribuan. "Berati barengannya siapa ya?" Tanyanya lagi setelah aku menerima uang itu.

"Aduh siapa ya Mas.. Ehm," aku berpikir keras. Siapa orang yang kemungkinan aku dan Mas Dewa tahu? Dan seumuran denganku? Satu angkatan denganku? Siapa? Ayo otak, berpikirlah, siapa orang itu?

"Apa Gilang?"

"Nah, iya, Gilang Mas,"

Huuuh.. 

"Loh, berati di bawahku ya?"

"Iya Mas,"

"Ikut koperasi?"

"Enggak Mas, ini cuma nemenin teman, dia yang lagi ambil barang di gudang,"

"Udah mau KKN dong?"

"Iya nih Mas,"

"Wah, aku lagi skripsian ini, malah mungkin bakal molor,"

"Hehe, kata orang-orang nggak papa Mas,"

"Hahaha, oke, eh, aku pinjem guntingnya dulu ya buat ngelakban di luar,"

Aku mengangguk, "iya Mas,"

Dia langsung mengambil gunting di meja kasir yang aku pun tidak tahu kalau ada gunting disana. Aku langsung duduk ke kursiku semula, dan mulai panik sendiri. Astaga? Aku tidak sempat untuk berdebar karena ini terlalu mendadak untuk bertemu kembali dengan Dewa, seseorang yang namanya kubuat bahan candaan cinta di depan Anggi. Seseorang yang sejujurnya memang menarik dan auranya nggak bisa dihindari.

Kenapa coba, dia harus pakai basa-basi segala? Aku kan jadi kesenangan gini.

Aku masih duduk dan menenangkan diriku sendiri. Astaga.. Astaga.. Berarti Mas Dewa notice keberadaanku? Sejak di acara pelepasan penyu itu? Iya?

Sebentar, bukankah aku boleh dan wajar untuk merasa panik dan gugup? Karena aku merupakan seorang jomblo dua tahun yang sama sekali tidak pernah lagi tertarik kepada laki-laki selain Mas Dewa ini? Mengaguminya diam-diam, meskipun aku sendiri juga masih bingung, apakah ini hanya memang benar-benar candaanku yang menjadi kebiasaan? Atau memang dalam hatiku tumbuh perlahan rasa kagum itu menjadi suka?

Aku masih bingung.

Anjir lah, cakep beneran Mas Dewa kalau lihat langsung begini, ditatap dia rasanya mau meleleh aja deh!

Suara langkah kaki mendekati pintu koperasi lagi. Aku langsung memfokuskan diriku. 

"Mbak,"

"Eh, iya Mas?" aku tidak tahu kenapa Mas Dewa kembali lagi kemari. Aku berdiri.

"Kamu itu jurusan apa? Ekonomi?"

"Iya Mas, Ekonomi, sama kayak Mindi,"

"Oh iya, Mindi,"

"Okedeh, makasih ya Mbak," katanya sambil mengembalikan gunting itu ke tempat semula. Oh iya, gunting.

"Iya, Mas, sama-sama." Aku mematung sejenak. Bola mataku otomatis berputar, bibirku tak sadar kulipat dan aku menghembuskan nafas.

Sepeninggal Mas Dewa dan seorang temannya, aku hanya bisa berdiri dan menggulir layar hapeku dengan acak hingga beberapa saat, tidak jelas.

"Siapa Daf?" 

"Hah?" aku tersadar, ada Anggi. Dia datang dengan membawa beberapa kardus di kedua tangannya. Diangkatnya ke dekat rak-rak kosong.

Aku tidak tahu sudah berapa lama aku gugup pasca kepergian Mas Dewa.

"Eh, Nggi, itu uang lakban sepuluh ribu di meja kasir,"

"Oke, siapa tadi? Mas Dewa?"

"Iya cobaaa!!!!" aku kegirangan tapi mencoba untuk menahannya.

Anggi menatapku dengan kedua bola mata terbuka lebar dan mulut yang ikut membuka lebar.

"Nggi....."

"Seneng lu?"

"Yaiyalah.. duh, Nggi, nggak kuat nih, baru juga ketemu lagi setelah setahun, terus sekarang ada acara ngobrol segala! Astaga Nggi, nggak kuat Nggi nggak kuat,"

"Aku panggilin lagi apa? Paling di gedung anak UKM?"

"JANGAN! Gila kali kamu?"

Aku tahu Anggi hanya bercanda. Tapi aku juga perlu waspada, karena terkadang dia se-impulsif itu. Dan pikiranku kini mulai banyak dikelilingi oleh kata 'Dewa'. Berarti dia menyadari keberadaanku? Oke, itu dulu sudah cukup untuk sekarang.


------

 

Let Me Tell You About My February 3 : baca sekarang.


------

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Blog Archive