Road : Solo - Kemuning - Sekipan - Cemoro Kandang - Cemorosewu - Magetan

Agustus 29, 2020

Seminggu yang lalu..

Setelah berangkat dari Solo dengan tujuan utama Kafe Medjora di Kemuning, kita melanjutkan perjalanan menuju wisata petik stroberi.

Awalnya kesana ya cuman mau ketemuan bertiga, sambil nemenin Sita ngerjain kerjaannya. Ya, bisa dibilang temu kangen lah ya. Kangen banget, udah lama nggak ketemu. Huhuhu. Tapi kemudian Sita pengen ke kebun stroberi. Jadilah aku, Make, dan Sita capcus kesana.

Yaudah, gas-in lah.

 


Naik motor ke Karanganyar sebenarnya baru beberapa kali kulakukan, ada yang dibonceng dan beberapa kali juga nyetir sendiri. Tapi kalau sampai ke Bukit Sekipan dan naik ke dalan anyar atau arah Cemoro Kandang, ini baru pertama kali.

Berangkat dari Solo-Kemuning dan turun dari Cemoro Sewu, aku yang nyetir. Asyik sekali, sambil ndrodog-ndrodog gitu. Karena hawanya dingin pol. Tapi pas dari Kemuning ke Cemoro Sewu, diboncengin temenku. Dia pengen mencoba jalanan naik itu katanya.

Kalau menurutku, menerjang jalanan pegunungan lebih enak di depan alias yang nyetir, karena kalau di belakang kerasa banget naik turunnya, bikin deg-degan. Apalagi kalau nggak betah pakai helm, berat dan kadang pegel juga.

Pertama-tama setelah melintasi bundaran di tongkrongan Sekipan, kita ambil jalan kanan. Naik terus melewati kafe-kafe yang ada di kanan kiri jalan. Waktu itu, hari sudah sore, sekitar habis ashar. Lumayan ramai, karena kebetulan juga hari minggu. Di bahu jalan banyak yang berhenti sekedar foto-foto, ada yang sengaja piknik keluarga sambil menggelar karpet dan makan bersama, ada juga para pemuda yang hanya nongkrong santai. Chill.  

Hawa mulai dingin.

MasyaAlloh, nggak mau pulang rasanya melihat pemandangan kayak ini.

Cemara Kandang 1800 mdpl.

Nggak kerasa naik terus sampai di Cemoro Kandang. Dulu kukira, daerah cemoro-cemoro itu nggak bisa dilewatin alias kukira nggak ada jalan rayanya. Oh, jadi gini konsepnya. Yaampun, maafkan newbie ini yang belum pernah kesini. This is my first time. 

Rame juga ya ternyata.

Namanya juga pemula, tiba-tiba sampai Magetan kan kaget gitu loh.

Semakin sore, kabut semakin pekat, hawa semakin dingin. Akhirnya kita sampai di kebun stroberi, tapi sayang, karena kesorean jadilah sudah pada tutup dan habis.

Karena gak bisa petik stroberi, akhirnya kita tetap jalan-jalan masuk ke perkebunan stroberi dan berhenti di ujung jalan sana sambil menikmati pemandangan Bukit Mongkrang.

 

 cekrek, 1 2 3..

 




Setelah berfoto ria, kita bertiga berniat untuk kembali pulang. Tapi justru salah satu kebun stroberi di depan tadi tiba-tiba buka, jadilah kita masuk ke sana dan memetik buah stroberi. Ya, walaupun yang merah tinggal sedikit. Hari sudah mulai gelap, kabut semakin turun dan hawa makin dingin aja. Telapak tanganku sudah mati rasa. 

Kita cuma dapat stroberi sedikit. Selain stroberi, petani disini juga menanam bunga kol dan daun bawang. Harga stroberi Rp 5000/ons, sedangkan bunga kol Rp 10.000/kg.

Setelah memetik stroberi yang kita cuman dapet sedikit, satu ons, Rp 5000 saja, kemudian kita kembali ke parkiran, tapi sebelum benar-benar turun meninggalkan pinggiran Magetan alias Cemoro Sewu ini, kita sempatkan makan cilok dulu di pinggiran jalan/trotoar. Rasanya nggak afdol kalo udah munggah tapi belum ngopi atau makan cilok kuah disini, hehe.


Ada yang masih buka, mbah-mbah di dekat motor kita, kita langsung duduk ngemper di pinggir trotoar yang sudah digelari tikar. Di tikar sudah tersedia sekotak perlengkapan makan cilok alias kecap, sambal, dan saos. Si Mbah yang punya gerobak cilok ini menyebrang jalan menghampiri kita dan dagangannya, sepertinya Mbah dari rumahnya, di seberang.

Kita memesan masing-masing cilok kuah satu porsi dan minuman hangat. Kalau aku pesan kopi goodday. Sambil menikmati cilok yang seger dan menghangatkan badan ini, kita berbincang juga dengan Si mbah yang duduk di sebelah kita. Kita ngobrol banyak sekali. Sampai Si Mbah menceritakan sedikit masa lalunya, sekarang berjualan disini, suaminya sudah meninggal dan anaknya setiap akhir pekan mengunjunginya dari Solo, beliau hidup sendirian.

Ternyata, penjual di daerah wisata Karanganyar memang didedikasikan pencaharian untuk penduduk sekitar. Dan setiap pedagang yang berjualan harus sewa di pinggir jalan seperti ini dengan batasan waktu berjualan sampai menjelang maghrib saja.

Di tempat Mbah ini, kita cukup membayar uang sebesar Rp 15.000/orang. Ciloknya enak banget, pengen nambah tapi keburu tutup karena sudah maghrib. Besok lagi ya, nanti lagi kalau ada kesempatan kemari.





See you guys.. See you Cemoro...




You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Blog Archive