Dongeng
September 11, 2022Mungkin tak ada yang percaya, bahwa hatiku tak merasakan apa-apa. Mengingat betapa hebohnya ketika aku ditinggalkannya. Betapa aku susah untuk melepaskannya. Betapa begitu berat aku mengiyakan kepergiannya.
Tak ada yang percaya, tatkala aku turut bahagia kala ia tersenyum bahagia. Pun merasa sedih ketika ia juga begitu merana.
Tapi kini, wahai awan yang putih cerah, tak ada lagi doa yang melangit atau lemparan sumpah dan serapah. Apa aku perlu meminta maaf, perihal putusnya segala rasa yang pernah ada?
Ketika semua telah usai dan aku telah damai. Kataku tentang cukup benar-benar berkibar, yang seharusnya semua orang percaya dan merasakan tentang ini bahwa benar.
Romantisasiku tentang rasa sakit yang diharapkan para penonton, tak terjadi. Aku menangani hal yang seharusnya pilu ini dengan riang gembira. Karena memang begitu aku nyatanya.
Seharusnya aku tak meminta pengakuan. Namun, terus menerima belas kasihan tanpa kuminta, adalah hal yang sungguh, maaf, tidak menyenangkan.
Tanpa tinggi hati, aku tak perlu berlaga menunjukkan betapa aku bahagia. Aku hanya ingin begini seterusnya. Menari-nari sendiri, tetapi tetap membalas senyum orang-orang yang tak lagi menatapku seperti sedang meratapi.
Wahai langit luas yang biru. Aku tak seterpuruk itu. Masa-masa indah dan pedih yang lalu ialah menjadi dongeng terbaikku. Sumber aku memaknai segala perjalanan di kemudian.
0 comments