Rekomendasi Destinasi Wisata di Surakarta

Februari 18, 2021

Tempat mana yang ada di bayangan kamu kalau mau jelajah atau berwisata di Solo? 

Ini dia ada beberapa tempat destinasi yang pernah aku kunjungi selama tinggal di Solo, kurang lebih aku sudah tinggal di Solo selama tujuh tahun. Tujuh tahun di Solo, sudah kemana saja aku?

 

1. Museum Keraton Kasunanan Surakarta

Siapa yang punya ketertarikan tersendiri dengan bangunan, hal-hal, yang berbau dengan sejarah? Kamu? Sama! 

Pada tahun 2017 lalu, aku mengunjungi Keraton Kasunanan Surakarta, yang terletak di dekat Pasar Klewer dan Alun-alun Kidul Surakarta. Sebelumnya, jangan  terbalik ya dengan Pura Mangkunegaran yang letaknya ada di daerah Mangkunegaran, bagian utaranya Jalan Slamet Riyadi.


Waktu itu harga tiket masuknya Rp 10.000 per orang. Aku masuk kesana dengan seorang temanku. Tidak banyak pengunjung yang datang ke museum keraton pada hari itu. Kita disuguhkan pintu-pintu tinggi dan besar berwarna khas keraton Surakarta : biru muda. Lampu-lampu kuno yang jika dilihat dari bawah sini seperti tetap membawa suasana sejarah. Teras-teras panjang yang menghubungkan bangunan berbentuk segi empat yang mengelilingi halaman yang luas dan beberapa pendopo yang rapi berjajar. Serta bangunan tinggi seperti tower berbentuk menyerupai tabung yang mepet di pagar.



Pohon yang rindang membuat suasana sekitar syahdu dan nyaman, tidak panas. Ada beberapa peraturan ketika kita memasuki museum dan harus kita taati. Ada beberapa pintu yang boleh kita masuki, di dalamnya adalah pajangan-pajangan benda-benda pusaka, kuno, antik, klasik, smilik keraton.



2. Museum Radya Pustaka

Menurut sejarah, museum ini didirikan oleh oleh Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV di dalem Kepatihan pada tanggal 28 Oktober 1890. Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV pernah menjabat sebagai Patih Pakubuwono IX dan Pakubuwono X (wikipedia).

Museum sejarah dan budaya di Solo ini sebenarnya mudah ditemukan, yakni berada di sebelah kanan Jalan Slamet Riyadi atau di depan Hotel Novotel. Museum ini berjejeran dengan Graha Saba Buana, sebelah timur Taman Sriwedari.

Museum Radya Pustaka menyimpan berbagai benda pusaka adat, meriam, seperti alat-alat tempur dan perang jaman dahulu, buku kuno, patung, sampai ada karawitan dan wayang-wayang. Pada tahun 2017 sewaktu aku kesini dengan temanku, kita gratis masuk dan hanya membayar parkir motor saja. Tapi lagi-lagi, tempat semacam museum memang jarang dikunjungi banyak orang.


Nggak tahu kenapa, kalau ke museum itu lampunya pasti menarik perhatianku. Lampu macam apa yang dipakai di museum ini? Dan ini dia, berbeda dengan lampu kuno yang ada di Museum Keraton Surakarta. Ini lebih mewah ada kristal-kristalnya, tapi tetap klasik.

Bentuk museum ini sendiri seperti rumah biasa. Ada beberapa petugas yang menunggu bahkan tinggal di bagian belakang samping dari museum ini, waktu itu kita sempat sedikit mengobrol dengan beliau. Ada beberapa orang, sudah tua dan berkeluarga. Kita juga bisa tanya-tanya tentang yang ada di museum ini kepada mereka.


Museum ini terbagi menjadi dua bagian, bagian depan dan belakang. Salah satu penampakan di bagian belakang/dalamnya seperti ini, ada satu set karawitan dan kursi megah seperti istana.



3. Festival Payung di Halaman Mangkunegaran

Aku memang belum pernah ke Keraton Mangkunegaran dengan tujuan utama untuk kesana, tapi aku pernah ke halaman Mangkunegaran untuk mengunjungi festival payung yang diadakan pada September 2017 malam. Aku sudah lupa berapa tiketnya waktu itu.

Halaman Mangkunegaran memang sering digunakan untuk event-event dan konser. Sekarang halaman yang luas dan ditumbuhi rumput liar itu sudah diratakan dengan paving dan terlihat jauh lebi rapih.



Di festival ini (waktu itu) termasuk pameran seni payung dari berbagai daerah di Indonesia, batik, sampai lukisan. Yang datang memeriahkan acara ini juga banyak banget, ada food court-nya juga.

Ribuan payung dengan berbagai bahan dan motif, dari yang kecil sampai raksasa menghiasi halaman Mangkunegaran. Ah, kalau ingat yang rame-rame gini jadi agak sedih, kapan lagi ya bisa menikmati tempat ramai dan event-event seperti ini? Semoga secepatnya ya Tuhan.. Aamiin.



4. Pasar Gedhe Surakarta

Dari jalan Slamet Riyadi belok kiri, kemudian tugu jam setelah balai kota belok kanan, kita akan bertemu dengan Pasar Gedhe Surakarta. Aku pernah masuk ke dalam pasar ini untuk keliling-keliling dan belanja sesuatu yang waktu itu lagi dicari banget, tapi aku lupa belanja apa. Penjual disini paling banyak memang jualan buah.

Selain itu, area Pasar Gedhe juga sering digunakan untuk penyelenggaraan event-event besar. Seperti contohnya festival taman lampion. Tapi sekali pun aku belum pernah ke festival taman lampion karena acaranya pasti malam.

Tapi, kalian udah pernah belum makan di Pasar Gedhe, di lantai dua Pasar Gedhe (bangunan yang di tengah/depan gedung pasar utamanya) itu ada area food courtnya. Aku sudah pernah bahas ini di postingan : Makan dimsum di Pasar Gedhe Surakarta.

Selain bisa belanja dan makan di Pasar Gedhe, kalau mau hunting foto vintage gitu juga bisa banget. Estetik dan kelihatan sederhana tapi mewah (gimana sih wkwk), klasik gitu intinya.



5. De Tjolomadoe

Pertama kali ke museum yang awalnya pabrik gula ini sekitar tahun 2018. Masih gratis dan cuma bayar parkir saja. Aku sering kesini, sekedar jalan-jalan santai di sore hari, keliling-keliling, sampai nonton konser dan photoshoot buat kegiatan kuliah.

De Tjolomadoe terletak di daerah Colomadu, Karanganyar. Bangunan ini memang sebuah museum yang menampilkan potret pabrik gula ini sendiri pada jaman dahulu. Di dalam museum juga ada restoran dan toko cinderamata. Selain itu, di bagian luar gedung ini juga nggak kalah indah dengan bagian dalamnya, karena ada hamparan taman dengan jalan-jalan setapak, rumput hijau, taman yang teratur, sampai air mancur. Parkirannya juga luas banget dan ada musholla serta toilet.









Sedangkan sekarang, masuk di De Tjolomadoe menggunakan kartu dan membayar sekitar Rp 25.000 - 35.000. Dengan biaya parkir Rp 5.000.

Tapi semenjak tiket masuk naik, aku nggak pernah masuk ke dalamnya lagi. Paling satu dua kali masih mampir kesana tapi sekedar duduk/nongkrong di halaman luar/taman dan pernah foto produk juga. Btw, disini kalau mau foto produk harus minta ijin dulu ke pihak terkait (sekarang konsepnya gitu) dan lumayan mahal, hehe.

 


6. Pasar Hewan Depok, Manahan

Seperti halnya aku suka kebun binatang, tapi aku nggak pernah tahu ada pasar hewan ini di Solo sebelumnya. Pada tahun 2018, aku diajak salah satu temanku kesana. Sebelumnya kita hanya sering lewat pas motoran aja. Eh nggak tahunya suatu hari diajakin mampir.

Ternyata, pasar hewan nggak seperti bayanganku yang jual kambing dan sapi aja. Dari halaman parkir sudah terlihat jelas banyak banget burung dalam sangkar. Sumpah deh, ini kayak ke taman burung di kebun binatang cuma versi gratisnya aja alias agak kotor dan hati-hati kena kotoran burung yang sangkarnya digantung di atas. Bener-bener full burung di sebelah kirinya.







Itu foto pas 2018, sekarang mah sudah makin penuh. 

Kita menyusuri lorong yang samping kanan kirinya itu berbagai jenis burung, kelelawar, burung hantu, ada kelinci, marmut, hamster, anjing sampai kucing, kemudian kalau belok ke kanan ada bagian ikan-ikan. Wah seger banget ngelihat berbagai jenis ikan hias disana.

Aku kesana lagi kemarin, 2020. Berniat mencari burung hantu, karena kupikir dia adalah burung yang unik dan mistis, karena aku keracunan Harry Potter. Sebenarnya juga dulu teman aku yang sekarang sudah menjauh (uhuy) pengen burung hantu, dan kepengenan dia itu meracuniku sampai sekarang, tapi takdir berkata lain. Disana sulit banget cari burung hantu, karena hanya ada beberapa penjual yang menjual burung hantu. Jadi pilihannya sangat terbatas. Tapi sebenarnya aku masih agak takut melihara dia karena kasihan. Jadi, aku masih skip sampai sekarang.



7. Koridor Singosaren

Kalau ke Singosaren pas siang hari sudah sering kan.. jadi waktu itu aku nyobain sama temen-temen kos ke Singosaren di malam hari. Pas semua toko-toko sepanjang Matahari Singosaren sudah tutup. Sehingga pintu-pintu ruko yang tertutup itu akan menampilkan lukisan-lukisan dan graviti dari para seniman yang tersorot lampu ruko seadanya. Estetik.



Tapi aku juga pernah foto di siang hari pas kebetulan lewat di lukisan dinding salah satu ruko, karena kalau siang lukisan yang ada di pintu-pintu ruko tidak akan kelihatan, kan.


 
Nah, itu dia beberapa destinasi wisata di Solo yang bisa kamu cobain. 
Tunggu part 2-nya ya..

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Blog Archive