My First Impression of Pantai Glagah

September 18, 2020

Sudah pernah lihat foto tumpukan bebatuan berbentuk khas di bibir pantai yang dihantam ombak? Ya, namanya Pantai Glagah, pantai yang mempunyai ciri khas tersendiri ini terletak di daerah Kulon Progo, Yogyakarta.

 

-----


Perjalanan

Berangkat dari rumah jam 7 pagi kurang, sampai di pantai jam 9-an.

Kesan pertama ke pantai ini, sumpah perjalanannya jauh banget. Dari rumah daerah Klaten ke Jogja kota sampai ujung barat di Kulon Progo, menempuh waktu sekitar 3 jam pakai sepeda motor. Hah, kalau inget drama perjalanan ke pantai ini, jadi capek sendiri. Udah jauh, banyak banget salah jalan alias kesasarnya. Sama jalanannya tuh monoton luruuuuus terus. Yaampun. Sebenarnya, aksesnya gampang banget, hanya saja sepanjang perjalanan monoton, lurus dan sepi aja sih yang bikin bosen dan ngantuk.

Tapi kalau sudah mendekati pantai, sudah mulai banyak pohon kelapa, walaupun belum kelihatan pantainya. Itu rada mengurangi kekesalan sih.

Nah, letak pantai ini dekat dengan bandara baru Jogja, Yogyakarta International Airport (YIA). Ya, jadi nggak asing lagi kalau setiap beberapa menit sekali ada pesawat yang lepas landas. Tapi, mungkin juga karena new normal, pantai ini masih sepi alias belum ramai pengunjung lagi.



Keadaan Pantai

Setelah menemui plakat 'Pantai Glagah' dari jalan raya, kita belok kiri dan beberapa meter kemudian ada pemberhentian loket masuk. Per orang dikenakan tarif Rp 5000. 

Setelah masuk, jalanannya masih harus ke selatan lagi, dan agak naik turun tapi nggak terlalu tinggi. Tapi sumpah yaampun, ini mata yang dari tadi sudah capek banget tiba-tiba disuguhkan dengan pemandangan sungai yang bersih, di samping kanan kirinya asri dengan pepohonan, dan ada perahu-perahu yang menepi. Epik banget.




Kalau sudah menemui tikungan, belok kanan, nanti sudah ada parkiran di kiri jalan. Jangan kebablasan kayak aku kemarin. Huhuhu, capek bener. Tapi di sebelah baratnya pantai ini, ada pantai juga kok. Ya, tapi sepi gitu.

Jadi, kalau kebablasan bakal kelihatan bandara baru, sama perkebunan buah naga. Kayak gini :

Yuk yuk yuk, puter balik yuk.

Setelah parkir, kita berjalan kaki menuju pantai dengan melewati banyak sekali kios-kios yang menjajakan makanan atau camilan khas pantai dan pakaian-pakaian pantai serta oleh-oleh. Yang unik adalah, selain kios ada banyak kolam renang buat anak-anak disini. 

Awalnya aku bertanya-tanya kenapa, kenapa ada banyak kolam renang anak di pantai?


Setelah di penghujung deretan kios, aku melihat penampakan pantai dan pertanyaanku pun terjawab. Ombaknya besar banget, banget, banget. Pantainya pun kosong melompong. Pasir hitam yang begitu luas pun nganggur. Benar-benar guede pol ombaknya. Makanya ada banyak kolam renang, biar anak-anak kecil yang kesini bisa tetep main air di pantai, meskipun nggak benar-benar di pantai. 

Tapi ada seorang bapak-bapak dengan effort-nya mendirikan payung-payung besar yang biasanya disewakan di pinggir pantai. Padahal sudah tahu anginnya besar, ya pasti selalu gagal dan ambruk, dong Pak. Ada beberapa payung juga yang sudah berdiri, tidak banyak. Tapi ya tidak lama kemudian, bapak-bapak tadi sudah kukut karena anginya kenceng banget.

Jadi, Pantai Glagah memang ada pantainya (dengan ciri khas pantai daerah Bantul yang berpasir hitam) yang bisa untuk main-main, tapi ombaknya disini besar banget. Nah, bentangan jalan yang dikelilingi batu-batu buatan (cor) menjadi spot foto terhits yang lebih diminati pengunjung dari pada bermain di pasir pantainya. Tapi harus tetap hati-hati ya, foto-fotonya. Karena ujung jalan dengan bebatuan ini akan berkala dihantam ombak dengan keras.



My First Impression of Glagah Beach

Wow!

Ini pantai sepi amat sih?

Ah, nggak mau kesini lagi!

Ini pantai nggak ada orang yang main di pasir pantai?

Ini batu-batunya gede banget?

Gila anginnya gede banget.

Yaampun jauh-jauh kesini, nggak bisa ngapa-ngapain?

Ini batu-batu gimana cara bawanya kesini? Gimana cara natanya?


Dan semua pertanyaan serta judgement-ku terjawab seiring aku berjalan hingga ujung jalan ini.

 

Di ujung jalan yang ditumpuki bebatuan, ada tali penghalangnya supaya pengunjung tidak melampaui batas tersebut. Bahaya juga, sih, soalnya ombaknya gede banget.

Ada spot foto bambu-bambu seperti biasanya di wisata pantai, dengan biaya Rp 5000 per orang. Ada beberapa kios juga yang masih kosong di pinggiran jalan, karena masih sepi dan efek new normal, kali ya.

Bisa terlihat pantai sebelah yang dekat sekali, atau mungkin juga termasuk Pantai Glagah, tapi terbelah begitu. Tapi tapi tapi, setelah dinikmati sambil makan nasi goreng buatan Mamine yang kubawa bekal dari rumah plus beli  es kelapa muda, asik juga sambil foto-foto disini. Walau sebenarnya outfit-ku sedikit bikin gak pede. Tapi yaudahlah, asikin aja, hehe.


Pantai Glagah, jadi ternyata kamu adalah pantai yang unik. Pantai yang perjalanannya harus lama untuk aku tempuh dari rumah. Pantai yang nggak bisa buat main-mian air atau pasir di bibir pantaiya. Kamu punya bebatuan dan ombak yang besar, ciri khas dan keunikanmu.

Okay, Glagah..

See you Glagah, aku nggak tahu bakal kembali kesini lagi atau enggak. Karena ya, kalau kesini paling cuma foto-foto atau pas bener-bener pengen menikmati ombak atau suara pesawat mau lepas landas. Tapi aku pengin kesini lagi naik mobil (karena kalau touring sendirian naik motor capek juga) dan nyobain naik perahu di sungainya depan yang asri itu, malahan. Biar liburannya asik, bukan malah capek di jalan. Hehehe..

See you again..

 

----- 

  

Note : 

Alamat       : Kulon Progo, Yogyakarta

Retribusi    : Rp 5.000/orang

Parkir        : Rp 3000/motor



You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Blog Archive