Perih dan Lelah?

Mei 13, 2020


Tidak ada lampu tidur. Tapi kalau layar laptop masih menyala di tengah padam lampu kamar, apakah itu juga bisa disebut sebagai lampu tidur?

Aku takut gelap. Dan aku tak suka terlalu terang. Kadang aku ingin suasana gelap dan tetap ditemani sedikit cahaya terang. Aku terlalu egois bukan, untuk sekedar masalah lampu?

Baiklah, sepertinya rutinitas malam kembali hadir. Setelah beberapa hari merasa bisa tidur normal. Kali ini aku ingin mengubah panggilan kita menjadi aku dan kau. Entah, rasanya sedang sedap saja diucap dan didengarkan. 

Kemarin aku mengobrol dengan kawanku, katanya setiap luka mempunyai cara sembuhnya sendiri-sendiri. Kupikir, bukan waktu yang kejam. Tapi apa? Kenangan? Pikiran? Seseorang? Harapan? Keegoisan? Atau apa atau siapa yang harus disalahkan? 

Aku tahu bagaimana rasanya sakit dan hanya bisa diam. Sakit yang paling menyakitkan, dikhianati seseorang, bukan? 

Oh ya, kau pernah tetap tersenyum disaat hatimu sedang porak poranda? Pikiranmu kacau diterjang badai, tapi kedua matamu berusaha tersenyum seiring garis lengkung di bibirmu yang sedang kau usahakan? 

Begitukah bertahan dan menahan? Perih dan lelah? Capek? 

Katanya, kau perlu beristirahat sejenak. Kita sama-sama tahu besok akan masih seperti ini, jadi tak ada salahnya, sebentar saja kau berhenti. Iya kan? 

Kejam ya? Kupikir juga begitu. Tapi katanya ada pelangi luar biasa indah menanti. Setelah semua ini. 

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Blog Archive