Ketemu Ayah Pidi Baiq

April 12, 2018



Waktu itu hari selasa di rumah makan "Terserah" sama Iffah dan Lukluk. Lukluk bilang kalo ada Workshop Kepenulisan Pidi Baiq di kampus kita. Aku langsung kaget, ya shock lah. Aku alay, kalau kamu bilang begitu juga berarti kamu mengiyakan pernyataanku, dan itu benar. Lalu aku pengen nangis karena terharu. Habis itu langsung daftar tiketnya. Nggak tahu deh, udah tingkat bahagia banget. Sampai Lukluk kalap ngevideoin aku yang kelewat girang.

Gimana nggak kaget? Cita-cita dari dulu pengen main ke Bandung, Kafe The Panasdalam, cuman buat ketemu Ayah Pidi Baiq. Sebelum berita dari Lukluk, hari minggunya ada Ayah Pidi Baiq di Jogja, mana aku bisa ikut? Nggak bisa.

Belum bisa ke Bandung, nggak bisa ikut ke Jogja, gantinya malah deket, di kampus sendiri.  Ternyata di grup kos kemarin juga rame ngomongin workshop ini, tapi aku nggak sadar. Ya Alloh.. Harus bersyukur sekali, kan? Sholatnya aku jadi nambah, sehari tujuh kali.

Aku tahu Ayah Pidi Baiq karena: Sewaktu SMA (2014) di Gramedia lihat buku novel Dilan, besoknya aku tanya teman-teman di sekolah, tapi nggak ada yang tahu. Yaudah, kucari tahu sendiri.

Berkat pajangan novel Dilan di rak Gramedia.

Beberapa hari kemudian, aku baca novel di google play book "Dilan, Dia adalah Dilanku tahun 1990", terus beli ke gramedia "Dilan, Dia adalah Dilanku tahun 1991" pakai uang bapak dan teman-teman (ada lah cerita lucunya), terimakasih bapak, terimakasih teman-teman SMA. Juga membaca tulisan-tulisan Pidi Baiq di blog-nya. Setelah keluar buku ketiga yaitu "Milea, Suara dari Dilan", aku ikut PO dan dapat tanda tangan sama kaset lagunya juga. Seneng? Banget. Sampai Pak Pos yang ngirim paket hafal sama aku, kebetulan lagi sering dapet paket soalnya.

Ternyata 2018 keluar film "Dilan, Dia adalah Dilanku tahun 1990", aku mengikuti mulai dari debat jadi atau enggaknya Novel Dilan dibuat film di twitter sampai sekarang nonton filmnya dan sekarang udah 6 juta lebih penonton. Tapi cukuplah, ngomongin film ini, maunya berargumen panjang lebar. Jadi diakhiri saja jika ngomongin film Dilan. Ayah tahu yang terbaik.

Terus, terus, kemarin keluar perangko Dilan. Ya aku mau beli juga lah, karena aku nggak beli kaosnya. Tapi kata temenku gini, "nggak usah dulu, uangnya ditabung buat umroh ibuk ya?" padahal aku juga nanya ibuk, katanya boleh beli. Tapi kata Pak Pos malah perangko Dilan belum keluar di Kantor Posnya.

Aku juga banyak kali dibalas mention twitter sama Ayah, ada yang pas ngegambar Dilan, sama kirim foto boneka kelinci mau kunamai Kinkan, yang lainnya lucu-lucuan. Karena sesungguhnya hidup ini hanyalah sendau gurau. Apasih?

Akhirnya tadi duduk paling depan pas ketemu Ayah Pidi Baiq di workshop kampusku dan foto berdua plus tanda tangan novel juga. Yang mintain tanda tangan tadi Iffah, Laras, Siska, sama Jannah. Ah, makasih yaa.. kalian. Sebenernya juga ada foto bareng-bareng, tapi aku lupa tadi pake hape siapa dan aku juga nggak kenal, tapi yaudah gak papa. Udah dapet foto berdua sendiri, hihihi.

Apa yang aku dapat dari sini? Banyak sekali. Hanya perlu diterapkan.

Ayah Pidi Baiq adalah salah satu orang favoritku. He is my inspiration ❤ Terutama dalam hal tulis menulis.

Terimakasih semua, hehe.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Blog Archive