Ia Bernama Manusia Tanpa Asa

Agustus 18, 2022

Ia adalah manusia tanpa asa. Garis jalannya kelabu. Isi pikirannya pekat. Terlalu semrawut. Jiwanya melayang dan raganya layu.

Hendak terbang ia diikat erat, pada akar pohon paling dalam. Ingin tenggelam ia ditarik kuat, dengan jala besar dan dihempaskan ke daratan. Berpasrah ingin terkubur saja. Tetapi dikeruk paksa. Ia seperti tak boleh mati dan tak boleh hidup.

Manusia dengan sejuta mimpi dan sejuta cita, kini tinggal melayang-layang di udara. Seperti balon besar penuh aturan. Hendak meletus terancam tekanan.

Ia manusia tanpa asa. Kini. Gugusannya berhamburan. Pecah, berantakan. Kepingannya tersebar. Ia mati dalam siksaan. Mimpinya tercekat dan harapannya memutih. Semakin lama semakin pucat. Sebentar lagi ungu kebiruan. Lalu mati, tak mengejutkan.

Yang dipikirkannya tak lagi bagaimana cara meraih sejuta mimpinya. Namun, bagaimana mereka semua akan mengenangnya. Apakah merepotkan dan banyak tingkah? Menyebalkan dan puji syukur ia pergi kemudian? Apakah sempat seseorang saja mengingat namanya? Apakah kehadirannya di dunia benar-benar ada setitik saja gunanya?

Ia terhempas lagi. Tertiup kencang angin bentakan. Kelopak matanya tertutup, dan yang ia rasakan hanyalah satu. Terbang layaknya dandelion. Tak lagi bertemu tangkai, tak lagi bersatu menjadi tubuh. Hilang, dimakan angin besar.


 

 




You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Blog Archive