Moccaa : Si Bintang Kecil di Rumah Kami

Desember 31, 2021

Biar kuperkenalkan beberapa kucing sebelum Moccaa di hidupku. Secara singkat.


Teddy

Dulu, sewaktu SMP aku punya kucing bernama Teddy. Dia berbulu abu-abu campur hitam dan sudah agak besar, tidak kecil banget. Waktu itu, aku belum berani menyentuh kucing, aku hanya menyukainya saja. Mungkin aku suka kucing karena kartun si kucing putih yang cantik itu. 

Teddy pernah dikalungi gelang hijau stabilo tapi suatu malam, aku melepasnya dengan keberanian yang aku punya karena aku merasa kasihan dengan lehernya. Serasa kecekek walaupun sebenarnya enggak. Tapi malang sekali nasibku dan Teddy, siang hari esoknya, Teddy ditemukan mati di sawah dekat rumah karena diperkirakan dia memakan tikus yang sudah diracun oleh petani. Sejak saat itu aku tidak pernah memelihara kucing lagi.

Sebenarnya, yang benar-benar memeliharanya adalah nenekku. Karena satu keluargaku tidak mau memelihara kucing.


Desi

Saat kuliah, teman kampusku ada yang tinggal di kontrakan dan pernah memelihara kucing. Katanya diberi oleh ibuknya teman dia. Dia dikasih dua kucing, yang satu berwarna sama persis dengan Teddy-ku dulu. Singkat cerita, aku diperkenalkan dengan Desi. Aku ingin mengambil foto-foro Desi lain kali di pertemuan kita selanjutnya. Dia imut sekali. Aku baru bertemu satu kali dan sisanya hanya dikirimi foto Desi oleh temanku.

Tapi lagi-lagi nasibku dengan kucing tidak bagus. Desi hilang karena dibawa teman kontrakan temanku dan aku turut sedih atas itu. Sampai sekarang, kadang kita masih membicarakan Desi.


Ce dan kawannya

Di kos baruku ada segerombolan kucing liar yang sering mampir. Untuk beberapa teman kosku penyuka kucing, itu menyenangkan dan menghibur. Tapi bagiku dan beberapa orang lainnya itu terasa menakutkan. Sekali lagi, aku memang suka kucing tapi aku takut untuk menyentuhnya, bahkan hanya sekedar mendekat saja.

Ada juga beberapa orang temanku yang membawa kucing ke kos dan itu cukup menghibur meskipun aku masih rada ketakutan dan geli.

Di akhir semester, aku mulai berani berdekatan dengan kucing-kucing itu, karena keadaan. Aku dipasrahi temanku yang maniak sekali sayangnya dengan kucing, dia sampai membeli makanan kucing hntuk mereka semua, dan ketika dia pulang kampung, tugas mulia itu diberikan kepadakj sementara. Aku harus memberi makan setiap pagi dan malam kepada kucing-kucing liar yang kemudian kita beri nama Ce dan kawan-kawannya.


Moccaa

Entah kenapa, tiba-tiba ibuku ingin memelihara kucing di rumah. Padahal, di rumah sudah ada beberapa hewan lain yang dipeliharanya dan menurutku itu terhitung banyak. Ada ikan hias, ikan nila dan kadang diganti lele, burung love bird, ayam, kelinci, kura-kura, dan sekarang mau memelihara kucing pula?

Awalnya aku, adikku, ayahku, menolak usul itu. Tapi ya thau sendiri kan? Ibu-ibu akan menang di rumah. Hehehe.

Ya tiba-tiba saja seekor kucing berbulu mirip dengan Teddy dan Desi sudah ada di rumah. Namanya Moccaa, diadopsi ibuku dari saudara sepupuku. Umurnya masih tiga bulan.

Lalu, orang-orang rumah mulai menerimanya, berinteraksi, gemas, dan menyayanginya. Tetanggaku mulai mengenal Moccaa karena kita selalu memanggil dan bermain dengannya. Meskipun satu rumah yang tidak berani memegangnya hanya tinggal aku saja.

Orang-orang mulai ingin memelihara kucing juga, dan Mocca yang awalnya menjadi anak rumahan tiba-tiba suka keluyuran dan pulang sore hari karena sudah mempunyai teman baru. Ada Ninis, Manis, dan Patrick.

Sekarang Moccaa sudah besar sekali dan sudah ganti kalung sekali karena dia cepat bertumbuh. Akibat diberi susu dan makan yang bergizi sama ibuku. Padahal teman-temannya tidak sebesar itu. Kadang, mereka (ibu, bapak, dan orang-orang) jadi takut bermain dengan Moccaa karena kini sudah terlalu besar.

Moccaa menjadi sangat terkenal dan banyak yang bermain dengannya. Sasaran anak-anak dan pecinta kucing. Dia selalu menarik perhatian meski dalam keadaan sedang tidur terlentang sekali pun. Tetapi ada hal yang aneh dari Moccaa, dia tidak bisa menangkap tikus, kalau pun diberi tikus yang baru saja ditemukan pasti hanya untuk mainan, tapi dia justru suka mengejar dan menangkap anak ayam milik ibu, burung-burung kecil, mainan kadal/cicak. Aneh.

Aku kira dia psikopat.

Kalau lagi nakal, dia tidak dibiarkan berkeliaran oleh ibuku dan dikurrung di kandangnya. Kemudian dia terus mengeong tanpa henti. Terakhir dia mengambil burung di kandang milik tetanggaku. Sungguh, Moccaa nakal sekali.

Dan, kata Bapak, yang bisa menaklukkan Moccaa hanyalah suara Ibu. Kenapa? Meskipun Moccaa mau diajak main dengna semua orang, tapi dia hanya akan datang karena suara panggilan Ibuku yang khas. Dia tahu sih, kayaknya, yang memberinya makan setiap hari. 

Moccaa.. hidup yang lama dan main sama kami terus ya sayangku..




You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Blog Archive