Pelesir ke 6 Pantai Selatan Dalam Sehari

Agustus 21, 2020

Rabu ini, aku dan keluarga kakakku pergi ke pantai, berenam. Kalau bicara soal pantai kawasan Gunung Kidul, aku sering kesana lewat jalur Sambeng-Wonosari, ya bisa dibilang Semin (tapi lebih deket Sambeng kalau aku), dengan  jarak tempuh rumah dengan pantai hanya sekitar 1 jam dengan sepeda motor. Sedangkan kalau ke pantai di daerah Jogja kota alias Jogja bagian barat, pasti pakai mobil dan lewat jalur kota alias Prambanan-Piyungan-Jl.Parangtritis.

Retribusi memasuki kawasan pantai sebesar Rp 10.000-Rp 15.000 per orang. Karena new normal, pengunjung dicek suhu tubuh dan wajib memakai masker. Selain biaya retribusi, kita juga membayar parkir sebesar Rp 3.000/motor di setiap pantai yang disinggahi.

 

 

 

1. Pantai Kukup

Pantai pertama yang kita kunjungi adalah Pantai Kukup. Kita berangkat dari rumah sekitar jam setengah tujuh, sampai di sini sekitar jam setengah delapan. Ya, jadi alhasil air laut masih pasang, belum surut dan ombak masih cukup besar.

Sebenarnya, tujuan awal kita adalah Pantai Ngrawe (kakakku pengen yang ada tamannya kayak di instagram itu) tapi salah jalur alias kebablasan ke Pantai Kukup. Kata tukang parkir di Pantai Kukup sih, "nanti turun ke pasir, nyebrang aja ke kanan, nyebrang bawah tebing, itu sudah Ngrawe."

Nah, gara-gara ombak masih besar, jadilah kita hanya foto-foto di pinggir pantai. Nggak bisa nyebrang ke Pantai Ngrawe dan belum bisa main di pantainya.

 
Medan ke Pantai Kukup mudah diakses, paling mudah di antara pantai lainnya karena lokasinya yang pas di ujung jalan, parkiran luas, di dalamnya setelah melewati parkiran motor ada penginapan dan jalan berpaving menuju pantai. Di kiri kanan sudah ada penjual yang udah buka, penjual makanan, oleh-oleh, jajanan, mainan anak-anak, sampai cinderamata. Walaupun belum begitu ramai.

Jangan lupakan perihal tukang foto keliling alias joki foto yang pasti akan menawari kita akan jasanya atau justru menunjukkan hasil paparazinya kepada kita untuk menarik minat kita menggunakan jasanya dan mengambil hasil fotonya. Biasanya patok tarif foto sekitar Rp 10.000 dapat 2 jepretan yang bisa langsung dipindah data filenya ke handphone atau bisa juga langsung dicetak. Tapi kali ini, bisa Rp 10.000 dapat 3-4 jepretan. Pintar-pintar nawar kalau tiba-tiba kepengen, hehe.






 

2. Pantai Drini

Setelah dari Kukup, kita berpindah ke arah timur, menuju Pantai Drini. Pantai tunggal terpanjang dan terluas yang pernah aku datangi. Karena belum menemukan titik terang menuju Ngrawe. 

Medan Pantai Drini juga bagus, jalannya mulus, cukup belok ke selatan dari jalan raya. Setelah sampai lokasi kita disambut dengan parkiran yang luas, warung makan pinggir jalan, penjual makanan oleh-oleh (ikan, udang, dll yang sudah digoreng). Setelah itu, bakal disambut banyak kapal nelayan yang tidak sedang dipakai melaut.

Di sepanjang bibir pantai dari sebelah barat sudah disediakan payung-payung besar untuk duduk-duduk. Tapi nyewa ya, hehe. Disini banyak penjual layang-layang juga dan es degan/kelapa muda. Selain itu, gubug-gubug di pinggir pantai sebelah timur juga berjajar rapi tepat di depan warung-warung penjual makanan. Kalau kita duduk di gubug plus membeli makanan di warung tersebut, kita dibebaskan dari biaya sewa gubug/gazebo.

Di Pantai Drini, kita juga bisa menyewa kano atau sampan. Selain itu, bisa menuju Pulau Drini dengan jembatan berwarna putih (yang baru dibangun, karena dulu belum ada) dengan membayar biaya retribusi Rp 3.000 per orang. Sedangkan jembatan warna-warni di sebelah timur membayar biaya retribusi sebesar Rp 5.000 per orang. 


 



3. Pantai Watu Kodok

Medan jalan setapak menuju pantai ini dari jalan raya lumayan sedikit menanjak dan belum mulus. Ternyata di Pantai Watu Kodok sepi, lebih sepi dari Kukup dan Drini sebelumnya yang aku datangi.

Di Watu Kodok ini awalnya kita mau berenang, tapi air sudah surut dan ternyata pantai ini banyak karangnya. Jadi ya, di pantai ini kita cuma numpang sholat dhuhur di musholla saja terus lanjut mencari pantai lain lagi. Harus ke Ngrawe sih.



 

 

 

4. Pantai Krakal

Setelah dari Watu Kodok yang cuma sebentar itu, kita ke arah timur lagi, ke Pantai Krakal, nurutin bocil-bocil mau cari ikan dulu katanya. Memasuki kawasan Pantai Krakal Terpadu, ada belokan ke kanan untuk langsung masuk di Pantai Krakal bagian barat yang ada tugu kuningnya besar. Sedangkan kalau ke arah kiri ada Pantai Krakal yang bagian bawah, lalu ada Pantai Selili di sebelah timurnya.

Penghubung antara Pantai Krakal dan Selili ada jalanan kecil yang dihiasi pohon rimbun kanan-kirinya. Alam yang instagramable. (Tapi aku nggak kesana, kesananya Januari lalu, hehe).

Tapi aku lumayan sedih melihat Pantai Krakal yang sekarang, tak lagi seperti yang dulu, huhuhu. Pantainya sepi, mungkin efek new normal. Tempatnya juga tak serindang dulu. Pohon-pohonnya kering, warung-warungnya sudah tidak ada, gubug-gubug yang disewakan juga tidak ada lagi. Dulu juga ada bangunan rumah panggung kayu untuk musholla, sekarang nggak ada.

Penampakan Pantai Krakal jaman dulu kala, tahun 2017 saat liburan bareng teman-teman kuliah : disini.

Sedangkan sekarang kesannya panas dan gersang: 

Di Pantai Krakal ini biasanya aku nemuin tukang jual cilok.

Disini juga banyak karang di bibir pantai, ada penjual ember dan jaring mini untuk anak-anak cari kerang dan ikan.

Spot foto dari pantai ini ada tebing, ada ayunan, ada pemandangan Pantai Selili dengan gubug-gubugnya, dan Pantai sebelahnya lagi. Selain itu, karang-karang berlumut di bibir pantai juga bisa dijadikan spot foto. Banyak juga batu-batu ukuran sedang yang tersebar yang bisa dijadikan tempat foto. Tapi hati-hati ya, pinggir pantai ini penuh dengan cangkang-cangkang kerang yang sudah remuk.


 

 

 

5. Pantai Mesra, Ngrawe

Setelah dari Krakal, kita masih bertekad ingin ke Ngrawe. Kembali ke barat. Akhirnya kita menemukan titik terang menuju Ngrawe. Ternyata hanya lewat jalan sedikit nanjak yang ada plang kayu di sebelah pintu masuk Pantai Kukup tadi.

Tadi di Pantai Kukup sempat dibilangin ibuk-ibuk kalau di Ngrawe nggak ada parkirannya. Tenang saja gaes, pasti ada kok parkirannya. Ada dua lahan malahan, yang satu nggak bayar parkir lagi karena sudah ditarik Rp 3.000 yang ada di bagian bawah dan yang satu membayar lagi karena lahan pribadi di bagian atas.

Wah, medan naik ke pantai ini masih bergeronjal, batu geronjalan, naik turun, walaupun tidak jauh.

Setelah parkir, ada banyak tangga untuk menuju pantai. Kita langsung disambut hamparan pasir, "akhirnya tujuan utama terlaksana juga." Setelah melihat kursi putih instagramable yang nge-hits itu, kita putuskan untuk makan dulu. 

Aku kira tamannya itu luas banget, ternyata ya biasa di bagian jauh dari bibir pantai.

Kita di pantai ini makan siang. Warung makannya sudah berjajar rapi dan ada juga meja kursi makan di taman. Menunya standar, ada ayam, ikan laut, mie, nasi goreng. Harganya sudah tertera di buku menu mulai dari Rp 10.000 - Rp 20.000, sedangkan untuk minumnya mulai dari Rp 5.000. Kalau harga sudah tercantum di daftar menu begini kan sama-sama enak, antara pengunjung dan penjual.

 

 

Karena air laut sudah surut, udah siang juga, alhasil kita ketawa habis-habisan karena Pantai Kukup (pertama) sudah kelihatan dari sini. Dan di bawah tebing tempat nyebrang dari Kukup ke Ngrawe ini sudah surut. Ah yaampun..

Pantai ini juga berkarang gaes, jadi harus agak ke selatan lagi kalau mau berenang atau main air. Karena daerah karang biasanya jadi tempat foto dan tempat main anak-anak mencari kerang. Seperti bocil-bocilku yang malah betah dan  nggak mau pulang.


 

 

 

6. Pantai Baron

Karena kakakku pengen berenang alias main air, jadi kita pindah lagi ke pantai yang bisa untuk berenang. Karena pantai-pantai sebelumnya berkarang, jadilah kita ke Baron. Hanya sekitar 5 menit ke arah barat dari Pantai Ngrawe berada.

Akses pantai ini juga mudah, jalannya sudah bagus karena termasuk pantai 'senior' alias bukan pantai baru. Tempat parkirnya juga luas. Banyak juga penjual yang sudah menjajakan dagangannya. Di depan gapura sebelah tempat parkir disediakan tempat cuci tangan juga.

Baron yang sekarang sudah ada jembatan goyang (setahun yang lalu sepertinya aku kesini belum ada), tapi subhanallah sampahnya.. sedih banget nggak sih.

 

 

Baron dengan air tawar atau sungainya yang mengalir alami yang memisahkan tempat parkiran dengan pantainya adalah ciri khas tersendiri. Serta kapal-kapal yang sedang diistirahatkan oleh nelayan. Kita sampai di pantai terakhir ini sudah lumayan sore, matahari sudah hampir mau terbenam.
 
Aku juga baru tahu sekarang ada spot foto atau properti foto seperti pohon buatan dan gapura kecil bertuliskan Pantai Baron. Adik dan kakakku berfoto disana sekitar dua-tiga jepret dengan hapenya sendiri. Setelah berjalan beberapa langkah kita dihampiri seorang mas-mas, "Mbak biaya properti foto." Mau nggak mau kita memberi uang Rp 5.000 sesuai permintaan masnya. Tapi di sisi lain kita juga ngedumel karena properti foto tadi nggak ada yang nunggu dan nggak ada keterangan di sana untuk sewa atau membayar. Jadi, kita merasa dirugikan. Seenggaknya kan ada keterangannya biar jelas.
 
Cewek tuh nggak suka diginiin, wkwk. 

 


 
 



 

 

Note :

  • Lokasi : Pantai Selatan, Gunung Kidul, DIY
  • Harga Tiket Masuk : Rp10.000-15.000 per orang
  • Harga Tiket Parkir : Rp 3.000/sepeda motor setiap pantai
  • Harga makanan mulai Rp 10.000
  • Harga joki foto : mulai dari Rp 10.000/2-4 jepret
  • Pantai berkarang : Pantai Kukup, Watu Kodok, Krakal, Ngrawe
  • Pantai tidak berkarang : Pantai Drini, Baron

 


 

See you again, Pantai Selatan.

Usai sudah pelesir hari ini, satu hari 6 pantai. Sampai jumpa kembali. 

 


You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Blog Archive