Wisnu dan Gado-Gado
Mei 31, 2020Beberapa hal itu kembali terlintas setelah sekian lama. Aku sengaja menjenguk masa lalu. Karena aku merasa sudah baik-baik saja. Oh iya, bagaimana kabarmu sekarang, Nu? Sudah berapa tahun, ya, kita tidak lagi mengerti kabar satu sama lain? Lama sekali, sampai kemudian aku sudah merasakan patah hati yang kesekian kali. Berkali-kali.
Aku tadi melihat postingan gado-gado di instagram. Aku jadi ingat, menu favorit makan siang kita di sekolahan. Kemudian aku tak segera bangkit dan mengerjakan kembali aktivitasku hari ini. Justru aku berjalan ke balkon, dan duduk di kursi rotan berlapis bantal abu-abu yang sudah bertengger di pojokan balkonku sejak beberapa hari yang lalu. Aku baru membelinya, Nu.
Kalau diingat, lucu juga ya? Saat kita dimarahi Pak Guru untuk segera masuk kelas, karena jam istirahat sudah habis, sedangkan gado-gado kita masih lumayan banyak. Bahkan, waktu itu kita masih sempat-sempatnya saling tukar-menukar sayur kesukaan. Ah yaampun! Kita duduk berhadapan di bangku panjang, di tengahnya ada sebungkus gado-gado yang kita makan berdua, aku makan tahunya dan kamu tomatnya, yang lain dibagi rata berdua. Kita makan dimana? Di taman depan kelas!
Kamu ingat bagaimana kedua bola mata Pak Guru waktu itu? Benar-benar bulat dan marah sekali. Seperti ingin meneriaki kita. Hahaha. Tapi beliau hanya berdiri kesal di depan pintu kelas sambil membawa buku paket yang digulung dengan wajah marahnya. "Wisnu! Laras! Cepat masuk!" Begitu ucapnya pelan dengan penuh penekanan. Tak sabaran sekali. Untung kita tidak tersedak ya, Nu, karena diburu-buru Pak Guru. Hahahaha.
Wisnu, kapan terakhir kali kamu makan gado-gado tanpaku? Aku sudah lama sekali tidak menikmatinya. Aku justru lupa, kalau gado-gado pernah menjadi makanan favoritku, sekaligus menu makan siang favorit kita berdua. Yang paling lucu adalah, usaha kita membeli gado-gado di seberang jalan sekolah waktu itu. Kita sampai harus lewat belakang sekolah dan memanjat dinding satu meter, mengendap-endap di semak-semak saat akan menyebrang jalan, takut ketawan Pak Satpam! Hehehe. Ya ampun Nu, segitunya ya perjuangan kita membeli gado-gado.
Tapi Nu, beberapa tahun setelah kita lulus, penjual gado-gado favorit kita itu telah meninggal. Aku sedih Nu. Kamu pasti juga sudah mendengar kabarnya, bukan? Itu adalah warung tempat kita nongkrong bareng anak-anak dan warung yang membuatku jatuh cinta dengan jus melonnya.
Wisnu, kalau kamu masih suka makan gado-gado, jangan kebanyakan makan tomat ya? Bisa diare, bisa batu ginjal, bisa nyeri sendi, bisa asam lambung, bisa alergi, bisa keracunan juga. Hati-hati, ya Nu?
-Lawras, yang masih belum mau makan tomat.
0 comments