Solo Trip Yogyakarta : Perjuangan untuk Ikut Grand Opening Rumah Senja dan Pagi

April 06, 2020

 
Berfoto dengan timer. OTW pulang, menanti jam kereta

Januari, 2020.  

Sebetulnya, ini bukan kali pertama saya ke Yogyakarta seorang diri. Tapi, ini pengalaman pertama saya untuk menginap sendirian di kota ini.




Tentang Alffy Rev dan Linka Angelia

Rumah Senja dan Pagi adalah sebuah karya baru dari pasangan Alffy Rev dan Linka Angelia. Kenapa saya membahas perjalanan dan perjuangan menuju Grand Openingnya? Karena mereka adalah salah satu inspirasi saya untuk terus berkembang. Jadi, saya sangat antusias untuk turut berpartisipasi dalam acara tersebut.

Singkatnya, Alffy Rev ialah musisi Indonesia yang mengawali karirnya dengan mengcover lagu-lagu nasional, kemudian merilis single pertama di akun youtubenya sendiri. Ciri khas dari seorang Alffy Rev ialah launchpad dan sentuhan nuansa alat musik tradisional dalam karyanya. Ia menikah dengan Linka Angelia pada awal 2019 lalu. Tentang siapa mereka berdua, selengkapnya bisa dibaca di buku mereka, "Senja & Pagi" yang sudah tersedia di toko-toko buku kesayangan kalian.

Kalau ditanya seberapa jauh saya mengenal mereka, saya tidak sefanatik itu, yang tahu apapun tentang mereka secara rinci. Tapi perjalanan mereka, sangat menginspirasi saya. Saya mengenal nama Alffy Rev dari teman SMA, sekitar tahun 2016 lalu, kalo nggak salah. Dan mengikuti mereka berdua di instagram sampai sekarang.

"Saya ingin lagu nasional Indonesia masuk ke playlist anak muda karena nilai-nilai kebangsaannya yang luar biasa," begitu kata Alffy. 

Dan itu berhasil masuk ke playlist saya. Karena sejak kecil sampai sekarang, kebiasaan yang keluar dari mulut kalau nyanyi pasti sering lagu-lagu nasional. Waktu kecil diajarin lagu-lagu, ya lagu nasional aja, jadi kebawa sampai sekarang. Dan saya turut bangga atas aransemen lagu nasional dari Alffy Rev dan re-produced-nya, yang kemudian sampai di telinga dan hati saya juga.


Awal Mula Informasi Rumah Senja & Pagi  

Beberapa kali Alffy dan Linka membuat instastory project mereka tersebut yang pada saat itu masih dirahasiakan. Dan itu membuat saya semakin penasaran karena letak lokasinya berada di Yogyakarta. Setelah informasi grand opening muncul di postingan instagram milik Linka Angelia yang pertama, saya mulai lebih gencar bolak-balik mengecek supaya tidak ketinggalan. Tapi ketika informasi sudah keluar di postingan berikutnya, saya justru baru melihatnya tengah malam. Ya, saya ketinggalan. Setelah saya baca, saya mendapati sudah ada 300 komentar lebih disana. Yah, rasanya seperti gagal, kayaknya aku udah nggak kebagian tiketnya deh. Karena kuota grand opening kan, terbatas. Hanya 50 orang saja.

Tapi tengah malam itu, rasanya saya ingin tetap menghubungi admin. Dengan kenekatan, akhirnya saya hubungilah admin itu. Seenggaknya berusaha dulu, lah. Singkat cerita, saya nggak nyangka bisa mendapatkan tiketnya! Dan saya akan kesana sendirian :)


Tiket grand opening.


Mencari Tempat Penginapan

Pada hari Sabtu, 4 Januari 2020, tiket sudah berhasil saya kantongi, maka saya harus segera mencari tempat untuk menginap. Karena acaranya pada hari Minggu, 5 Januari 2020 dan dimulai pukul 18.30 WIB, dipastikan akan selesai larut malam, jadi saya harus menginap semalam di Jogja.

Setelah menghubungi salah satu teman yang kuliah di Jogja, ternyata dia sedang pulang kampung, jadi saya harus segera mencari tempat penginapan lain. Karena teringat postingan tweet di Twitter beberapa waktu lalu tentang penginapan di Jogja, akhirnya saya mencari tahu lagi dan saya menghubungi kontaknya.

Dapatlah saya kamar di Bunk Bed & Breakfast (kalau kalian mau menginap disini juga, langsung search di google aja yah), sebuah hostel yang beralamat di Jl. Wachid Hasyim, no.23, Ngampilan, Yogyakarta. Kebetulan, single bed disana masih ada, dan aku kebagian yang seharga Rp 85.000 untuk satu malam.

For your information, adminnya ramah sekali.

Tips 1 Solo Trip Pemula : Jadi, ini juga pengalaman pertama saya berpergian seorang diri plus menginap. Kalau jarak dan waktu mengharuskan kalian buat menginap, carilah penginapan dengan harga terjangkau dan jangan gegabah untuk cepat-cepat mendapatkan penginapan hanya karena waktu yang mepet, misalkan jika kalian ada acara.

Mencari penginapan, juga butuh research supaya kalian aman. Aman dompet dan keselamatan. Jangan mentang-mentang berpergian sendirian, lantas membuatmu menjadi boros dan seenaknya mengeluarkan uang. Karena kita juga butuh untuk berjaga-jaga di hari kemudian.


Drama Naik Kereta

Minggu siang setelah dhuhur saya baru sampai di Stasiun Purwosari, karena dari pagi ada acara yang nggak bisa ditinggalkan di Mangkunegaran. Tapi malangnya, saat itu tiket kereta pramkes (yang murah, only Rp 8.000) sudah habis. Jadi, saya harus menunggu sekitar satu setengah jam lagi untuk mendapatkan tiket prameks selanjutnya (tiket paling mepet yang harus saya dapatkan sebelum check in di hostel dan bersiap-siap sebelum acara). Melihat waktu yang cukup lama, saya putuskan untuk ke kos-an dulu yang berada di daerah Kartosuro mengambil beberapa barang. Sialnya, saat sampai kembali di Stasiun Purwosari, saya telat sekitar 10 menit, dan tiket sudah ludes.

Karena saya nggak mau ngambil kereta lain yang harganya lebih mahal, jadi terpaksa ngebut ke Stasiun Klaten. Yaampun, pakai acara hujan pula di jalan. Tapi nggak papa, demi. Hingga akhirnya sekitar kurang dari satu jam, saya sampai di parkiran Stasiun Klaten dan langsung berlari ke loket. Dan tiket prameks juga habis. Mau nggak mau, saya harus naik kereta lain, apapun. Yang penting dapat. Kalau pun tidak dapat, saya akan nekat bersepeda motor ke Jogja.

Tips 2 Solo Trip : perhitungkan waktu dengan matang, dan siapkan rencana kedua / rencana cadangan jika terjadi sesuatu. Untuk masalah tiket kereta prameks, kalian harus stand by supaya tidak kehabisan.

Tips 3 Solo Trip : jangan lupa membawa keperluan pribadi. Kalau bisa yang mini kit supaya tidak memakan tempat dan bawaanmu tidak terlalu berat. Saya membawa ransel kecil untuk tempat baju ganti, peralatan make up, dan peralatan mandi. Satu buah totebag untuk keperluan yang akan dipakai sewaktu-waktu, seperti payung, sandal, minum, cemilan. Dan satu tas selempang kecil untuk ponsel dan uang receh.

Tips 4 Solo Trip : pilih transportasi umum dengan tetap mempertimbangkan harganya, tapi juga tetap memikirkan keamanan dan kenyamanan kalian selama perjalanan.

Saya bersyukur, mendapatkan tiket Malioboro Ekspres dengan harga yang lebih terjangkau daripada kereta lain di Stasiun Purwosari tadi. Hanya itu yang tersisa untuk mengejar waktu secepatnya. Saya menunggu sekitar dua puluh menit untuk menuju pemberangkatan. Alhamdulillah, akhirnya.

Semua itu butuh perjuangan. Nggak ada yang sia-sia.



Menyusuri Malioboro

Saya tiba di Stasin Tugu Yogyakarta pada pukul 15.40 WIB.

Saya berniat untuk berjalan-jalan santai menyusuri Malioboro sampai di Titik Nol Kilometer nanti, kemudian setelah itu barulah akan memesan ojek online menuju hostel. Turun dari kereta, saya langsung menuju pintu keluar selatan.

Seperti biasa, pasti disana banyak tukang ojek yang akan menawari tumpangannya. Kalau kalian ingin segera sampai di tempat tujuan tanpa mampir-mampir, bisa langsung memakai jasa mereka atau bisa juga memesan ojek online.

Pintu keluar selatan Stasiun Tugu Yogyakarta

Menikmati udara Jogja kembali, saya berjalan di trotoar menuju penyebrangan lampu lalu lintas di sebelah timur stasiun untuk mencapai Jl. Malioboro.

Ikon di dekat kafe loko jogja.


Hujan sebenarnya sudah reda, tapi genangan air yang masih tersisa di sepanjang jalan, membuat sepatu putih saya berubah warna. Yaampun, mau pake apa aku nanti malam ke acara?


Saya menyebrang jalan dan sampai di jalur pejalan kaki di jalan Malioboro. Langit saat itu sedang kelabu. Saya hanya akan melihat-lihat dan membeli makan untuk mengisi perut. Tapi bingung mau beli apa. Jalanan masih basah dan pedagang di pinggir jalan kembali membuka penutup plastik yang tadi sempat dipasangnya.

Sepanjang jalan Malioboro

Mengingat sepatu saya yang kotor, jadi saya putuskan untuk membeli sandal di salah satu pedagang yang berjajar. Saya memilih yang kira-kira masih oke lah buat nanti malam. Lagian juga hanya akan dipakai semalam saja. Kurang lebih harganya Rp 20.000-30.000 an.

Tidak lupa saya juga membeli sebungkus sate ayam. Sudah lama sebenarnya ingin mencicipi sate ayam Malioboro ini, akhirnya kesampaian juga membelinya. Harga per porsinya adalah Rp 15.000 dengan lontong. Saya menunggu pesanan sambil berdiri di samping ibu-ibu penjualnya, karena kursinya masih basah kalau mau duduk. Saya juga masih memakai payung kecil yang saya bawa. Air hujan ternyata masih turun rintik-rintik.

Setelah menerima kantong plastik dan membayar satenya, saya kembali menikmati syahdunya jalan Malioboro usai hujan seorang diri. Sendiri di keramaian, berpergian sendirian. Rasanya kenikmatan ini berbeda, hehe. Tapi, Malioboro sore ini tak seramai biasanya.

Belum sampai di Titik Nol Kilometer seperti yang saya rencanakan, tapi rasanya saya sudah mulai lelah dan ingin segera membersihkan diri dan bersiap untuk nanti malam. Maka dari itu, saya memutuskan untuk segera memesan ojek online ke hostel.


Review Tempat Penginapan : disini


Pintu masuk Bunk Bed & Breakfast


Rumah Senja & Pagi

Setelah sholat, saya langsung memesan ojek online. Awalnya ingin memesan mobil karena di luar sudah gerimis dan sepertinya tak akan terang dalam waktu yang sebentar. Tapi, ada pemberitahuan dari aplikasinya bahwa harga mobil mengalami kenaikan  karena pesanan penuh. Karena terlampau berkali-kali lipat dengan yang motor, jadi kuputuskan untuk memesan yang motor saja. Uang harus dihemat sehemat mungkin, untuk cadangan. Karena besok masih ada hari lagi.

Saya mendapat dirver ojol seorang ibu-ibu tomboy yang lihai sekali dalam berkendara. Saya berterimakasih setelah berhasil diantar sampai depan gerbang masuk Rumah Senja & Pagi dalam perjalanan sekitar 30 menit. Sejujurnya, saya di jalan sudah was was karena sudah sedikit terlambat. Jalanan sedari tadi juga macet.

Nggak sadar, kalau nama blog-ku sama dengan nama youtube senja & pagi, huhu.

Ada dua petugas parkir yang turut menyambut kedatangan kami para pengunjung grand opening. Saya berjalan sendirian dan dengan keadaan deg-degan, yaampun. Saya berjalan masuk terus ke dalam, dan disambut lagi oleh petugas pengecekan tiket. Saya menunjukkannya dari ponsel, kemudian dipersilakan untuk mengantre. Sudah banyak orang disana, syukurlah, acaranya belum dimulai. Sedikit tidak percaya saya sudah bisa sampai disini, tapi rasanya lega sekali.

Jika kalian memasuki parkiran Rumah Senja & Pagi, kalian akan dihadapkan dengan bangunan berdinding kaca, dengan tulisan neon di atasnya 'REV premium', itulah offline store-nya rev_apparel.

Kemudian di sebelah kanannya, ada bangunan pendopo dengan tangga yang tak terlalu tinggi yang akan menyambut kalian. Kemudian di atas sana ada mini bar untuk pemesanan menu. Di sebelah tangga, ada dinding yang dihiasi gambar dan coretan tulisan-tulisan. Tempat ini sungguh indah dengan coretan-corean seni dan mural yang membuat kalian akan berpikir tentang maknanya.



Kami mengantre saling berjajar untuk mengambil pesanan makanan yang telah kami pilih saat memesan tiket, dan dipersilakan memesan minum bebas di dalam buku menu. Ternyata, berjajar rapi untuk memesan minum ini membutuhkan waktu yang lumayan lama. Saya yang kemari sendirian mulai merasa ini tuh ride a kinky, nggak ada teman ngobrol, dan bingung mau ngapain. Tapi MC. dari tadi juga menyuarakan dengan mikrofonnya dari depan sana, bahwa malam ini, di tempat ini, silakan untuk saling berkenalan dan enjoy.

Salah satu spot Rumah Senja & Pagi.

Setelah dirasa jam sudah menunjukkan bahwa acara akan segera dimulai, semua yang masih berdiri dan mengantre dipersilakan untuk menduduki kursi-kursi yang telah tersedia. Jadi, yang belum memesan minum, pesanannya ditulis di selembar kertas dan akan dibagikan nanti oleh yang bertugas.

Saya duduk di bangku paling belakang, bergabung dengan tiga orang lainnya yang kalau dilihat, mereka lebih tua dari saya semua. Tempat dudul ini strategis, karena benar-benar centre ke depan sana. Masih menunggu kondusif dan acara benar-benar dimulai, saya mulai menikmati makanan pesanan saya sambil mengobrol dengan mereka, kenalan baru.

Sweet escape
Konsep kafe yang menawarkan sebuah ruang imajiner, dengan jargon 'More than cafe, it's a thinking space' #nongkrongpenuhARTi ini juga mengusung peralatan makan yang ramah lingkungan ya.. Mereka menggunakan kayu. Aesthetic. Tapi tak lama kemudian, minuman saya juga datang. Mango Milky Way.

Jika penasaran dengan menu makanan dan minumanya, silakan datang langsung kesana :) Kalian juga bisa kepoin official instagramnya Rumah Senja & Pagi. Tempat nongkrong yang menawarkan kenyamanan untuk sekedar bersantai sampai mengerjakan tugas.

Tak lama kemudian, grand opening dimulai. Dan serangkaian acara serta momen-momen kyut disana, rasanya tak bisa kuungkapkan disini semua. Sungguh, luar biasa. Aku turut bangga dan terharu bisa menyaksikan momen grand opening itu.

Rumah Senja & Pagi buka setiap hari kecuali hari senin. Pada hari senin, mereka libur karena disana diselenggarakan workshop yang terjadwal sebagai salah satu program dari Rumah Senja & Pagi.


Sampai jumpa kembali, Rumah Senja & Pagi, sampai jumpa kembali, Yogyakarta..


Note :
  • Lokasi : Rumah Senja & Pagi
  • Alamat : Nusupan, Trihanggo, Kec.Gamping, Kab.Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
  • Instagram : @rumahsenjapagi

Entah kenapa, di post ini pengen pakai kata "saya" hehe.

    You Might Also Like

    0 comments

    Popular Posts

    Blog Archive