Ketemu Tere Liye Lagi?!
November 06, 2016Kalau ditelusur dari awal, seinget saya, pintu masuknya adalah kiriman dari grup whatsapp yang bilang ada seminar di uns dengan pembicara Tere Liye. What the?? Siapa coba yang nyianyiain kesempatan emas 24 karat ini? #alay
Begini, di perpustakaan semasa SMA, novel yang paling digandrungi adalah novel beliau. Waduh, antreannya panjang melebihi antrean setrika senin pagi.
Kemudian, informasi yang kurang jelas dari grup itu, diperjelaslah sama temen saya, her name is Erni. Thank you Erni, pokoknya, tanpamu aku galau, heeemmm, tanpa kamu saya gak bisa sampai di sini (hihihi). Erni yang memesankan tiket, aku milihnya yang ultra sekalian dong ya, bisa plus plus gitu paketnya, bukan buat gaya gaya beli tiket seminar paling mahal, nggak, semoga bermanfaat. Proses tiket pokoknya perihal tiket, saya sangat berterimakasih kepada Erni. Muaaaah.
Penukaran tiket tanggal 1 hingga 4 November, waktu itu masih bulan Oktober. Sebelumnya, aku udah ngajak ngajak temen-temen buat ikutan, banyak yang nggak bisa dengan alasan masing-masing, ada yang bisa satu, she is Nur Hidayah. Dia juga penggemar setia novel Tere Liye. Sebenernya, aku juga baca novel Tere Liye buaaanyaaak karena dia.
Rahasia : aku tuh sebenernya suka baca novel, tapi lebih tertarik baca novel itu kalau udah direkomendasikan bahwa novel itu super jos! Dan Nurhi selalu mengajukan novel Tere Liye. Btw, di sekolah (sma) hadiah bagi juara kelas setiap ujian adalah buku, juga novelnya Tere Liye. Habis itu? Antrian panjang.
Hari Jumat, 4 November 2016
Ada makul jam 07.00 sampai 08.40 WIB. Tadinya, rencana setelah makul langsung mampir ke kost-an temen dulu (yee laa, udah bukan anak kost lagi gitu), but.. Monica pergi ke Klaten karena simbahnya meninggal, Mak Uut kuliah, mau di kampus? Masak iya nunggu sampai ntar jam 13.00? Gabut deh. Akhirnya aku putuskan untuk pulang.
Sampai rumah akhirnya berguna juga, diminta si ibuk buat beli ini itu, after that jam sebelasan langsung prepare, gimana sih buat hari yang dinanti-nanti kemudian kacau cuma gegara telat? No way. Jam dua belas langsung capcus.
Perjalanan sekitar satu jam. Heuuu..
Sampai di tempat, UNS, nunggu Erni dulu, tour guide-nya. Setelah bertemu Erni, sampai tempat, Erni cabut mau ada urusan. Masuklah saya, dan mengantri. Nice..
Mutik udah di dalam juga, dalam kelasnya maksudnya, karena dosennya belum datang, tapi dia juga mau ikut acara ini, jadilah perasaan yang campur aduk.
Setelah nunggu dan nunggu, akhirnya masuk juga dengan sekotak snack, buku novel baru yang sudah di tangan (yeeaay), dan selembar tiket yangg kemudian saya tunjukkan kepada mbak petugas, biar dicarikan nomor tempat duduk saya, A 6.0001. Paling depan sebelah timur. Masyaallah, ini beneran aku dapet tempat duduk di sini??
Pas duduk, lihat ke belakang, disana ada dua orang, Mutik dan Tatak. Waah.. pas itu Tatak bilang, "duduk sini aja," ya aku balas, "lah, orang duduknya mbayar (masak mau pindah), hehehehe." Nurhi di tengah tengah acara bilang, udah duduk di kursinya, iya, di acara ini, dosennya datang tapi nggak pelajaran, langsung tugas gitu. Zxcvbnm.
Bungah, sumringah, sueneng e reek. Nggak bisa bayangin ketemu penulis dengan karyanya yang selalu meledak, selalu keren, menggugah, bermanfaat pokoknya. Aku angkat tangan dua kali, yaaah, sayang, belum rezekinya kali ya bertanya langsung dengan beliau. Bertanya perihal yang sama yang sudah saya pendam sejak seminar Hanum Rais dua atau tiga tahun lalu. Itu ditulisan dulu, alay alay gimana gitu, maafin yaa. Heemmmm.. pertanyaan yang selalu saya ingin tanyakan kepada penulis hebat dan berpengalaman. Yasudah..
Btw, temen temen juga sebenernya mendem banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan kepada beliau. Seperti :
- Bagaimana cara anda menciptakan genre cerita yg berbeda-beda? Darimana ide-ide itu tercipta? (Anggi)
- Dalam meciptakan sebuah novel dengam ganre petualangan, seperti serial anak-anak mamak, apakah anda telah mengunjungi tempat-tempat dalam latar novel tersebut? Ataukah anda telah mengalaminya sendiri? Ataukah itu hanya imajinasi anda?? Karena tempat-tempat tersebut terkesan sangat detail penggambarannya. (Kinanthi)
- Apakah anda sampai menangis apabila anda membaca tulisan anda sendiri *yg part ny mengharukan??!? (Ay)
Ya, mungkin bantak juga yang belum tahu siapa Tere Liye sebenernya, cewek ya? Ada juga yang ngira begitu. Tapi Tere Liye adalah seorang bapak yang mempunyai seorang anak kecil.
Tere Liye yang saya lihat dua jam waktu itu adalah sosok yang humoris, santai tapi serius, dan setiap beliau bilang, "nak," atau "dek," yaampun, kerasa banget tahu ngga sih.
Bangkit. Belajar dengan giat.
Satu huruf dapat mengubah satu kata.
Bukan tentang bahan, tapi tentang seberapa tangguh kamu belajar menulis.
Inspirasi datang dari mana saja ketika kamu sedang menulis.
Setiap orang memiliki motivasi masing-masing.
Niat, motivasi, sabar, terus berlatih, jangan menyerah.
Kemudian..
Sesi tanda tangan tanpa foto bersama (tak pe laah). Antrian pertama. Kayak lupa diri gitu. Ditanya sama Bang Tere Liye namanya siapa? Gitu. Seneng banget.
Habis itu.. pulang.
Sebelumnya jadi kayak reuni mendadak anak asrama, pada berangkat juga ternyata, banyak. Terus ketemu Nurhi, bincang-bincang, mampir ke fakultasnya, lalu baru pulang.
Pulang dengan bahagia dan damai, lancar sampai rumah. Alhamdulillah. Pun membawa kabar bahagia, Bang Tere Liye tadi bilang, besok minggu jam empat sore ada di Gramedia Sudirman, Yogyakarta. Siapa yang nggak mau datang? Aku langsung kabar-kabar Monica yang gak bisa datang hari ini, Maissi juga, dan beberapa teman lainnya.
Hari Ahad, 6 November 2016
Oke fix, yang berangkat aku sama Monica, kita ketemuan di Stasiun Purwosari, minggu pagi yang cerah dengan serangkaian rencana yang kelak akan membahagiakan cekayi.
Monica habis dari Gemolong nganter si adik, aku dari kos Monica juga langsung ke stasiun. Btw, aku lupa kalo janjiannya di sana, aku malah ke kost an dia. Wkwk.
Langsung penyet tuh bocah duduk di kursi tunggu paling belakang. Gimaana enggak? Kemarin habis ngambek gitu (hehe).
Lalu pesen tiket. Ya ngantri gitu.
"Kemana? Mbak"
"Jogja, yang sekarang," (emang gang dulu gimana?)
"Jam dua ya berarti mbak,"
"Iya,"
"Berapa?"
"Dua,"
"Dua.. eh, habis. Maaf mbak sudah habis."
"(?) Terus adanya yang jam berapa?"
"Empat,"
#pergi nggak jadi beli tiket.
Gabut..
Malah makan di SS lalu pulang.
Si Menik diteriakin di jalan, pas pisah jalan gitu, nggak denger apa gimana, nggak tau.
Nyesel nggak Monica? Kalau aku ada nyesel nyeseknya gimana gitu, ya tapi kayak ada apa yang lain juga yang bikin nggak bawa perasaan.
0 comments