Jalur Tak Terlupakan, Akibat Iseng Main Ke Wonogiri
November 16, 2021Hari Minggu, aku dan seorang temanku iseng motoran dari Weru ke Wonogiri melewati jalur Sukoharjo Kota.
Aku sengaja memilih jalur itu bukan tanpa alasan. Pertama, karena aku tidak yakin masih hafal dengan jalur Manyaran yang lebih dekat dari Weru. Kedua, karena seingatku jalur itu menanjak lumayan tinggi. Jadi, aku takut. Sehingga, aku memutuskan untuk lewat Sukoharjo kota.
Awalnya sudah reda setelah dari pagi hujan terus, sekitar jam 09.30. Tapi baru sampai pintu masuk Wonogiri, mulai gerimis lagi. Akhirnya, kami berdua pakai mantol.
Kami berdua merasa seperti hidup. Karena bisa sekonyol ini pergi main hujan-hujan dan tidak mengabari teman kami yang akan dikunjungi, jadi benar-benar impulsif.
Perjalanan masih lumayan jauh karena melewati pegunungan. Bisa melihat pemandangan yang walaupun kurang jelas karena tertutup mendung. Tapi kami juga beruntung bisa melihat sedikit penampakan Waduk Gajah Mungkur dari jalanan menanjak ini.
Di jalan, entah sudah berapa kali kami melepas-pakai mantol, sampai aku lupa. Karena cuaca sedang bercanda. Oleh karena itu juga, aku tidak bisa mengabadikan momen dan pemandangan.
Lumayan sedih..
Sejujurnya memang banyak hal yang bikin aku kagum dengan kehidupan di pegunungan. Bagaimana effort untuk hidup di belahan gunung, jauh dari perkotaan yang "apa-apa mudah didapatkan".
Singkat cerita kami sampai di rumah teman dan bercanda, mengobrol seharian, makan, ketawa-ketiwi. Lalu kemudian pulang dengan disarankan untuk lewat jalur Manyaran.
Sebenarnya aku takut, tapi termakan juga usul persuasif temanku itu. Kami disuruh mengikuti Maps menuju "Pasar Pracimantoro" kemudian disuruh ambil kanan setelah bertemu lampu merah. Keputusan ini diambil juga karena alasan lebih dekat. Walaupun dalam hatiku, aku bertanya 'apakah bisa dan sanggup dan berhasil ketika nanti melewati turunan dan tanjakan yang curam, sedangkan hari mulai petang?'
Dan sampailah pada ruas jalan provinsi : Grogol-Manyaran. Aku tahu itu akan segera sampai pada Pasar Watukelir. Satu-satunya tempat yang akan bisa aku kenali setelah jalur ini yang ternyata tidak aku ingat sama sekali.
Seperti dugaanku. Jalur pegunungan ini lumayan ngeri untuk ukuran motor dengan rem depan yang kurang meyakinkan. Hujan juga turun lagi, penerangan yang kurang, meskipun kami berdua dalam keadaan begitu tenang, menyimpan kepanikan masing-masing demi untuk tidak menciptakan kepanikan yang begitu besar bagi kami berdua. Sungguh kerjasama insting tim yang sangat bagus.
Setelah bertemu Pasar Watukelir, kita meluapkan perasaan masing-masing dengan tertawa. Membicarakan apa saja yang tadi kami rasakan saat jalanan mulai curam dan hujan mulai deras, serta penerangan yang kurang.
Deg-degan parah!
Rasanya tadi sekujur tubuhku mendadak panas dalam suasana hujan itu. Nyaliku sempat ragu tapi yang penting dan nomor satu harus yakin dan tenang, karena aku membawa satu nyawa yang sedang menyimpanketakutan di belakangku.
Akhirnya.. kami berdua berhasil meewati jalur tak terlupakan itu. Sungguh, nggak mau lagi aku lewat sana.
0 comments