Bagaimana Malioboro Kala New Normal?
Agustus 11, 2020"Bagaimana Malioboro kala new normal?"
Jangan lupa memakai masker
Memakai masker bukan hal yang asing lagi bagi kita saat ini. Kemana pun selalu memakai masker, apalagi ke tempat umum, seperti misalnya bila ke Malioboro. Masker telah menjadi kebutuhan wajib dan utama.
Cuci tangan
Ritual pertama yang akan kita lakukan adalah cuci tangan di tempat yang telah disediakan. Ada penampungan air besar lengkap dengan sabun cuci tangan dan tisu. Sayangnya, tisu yang diletakkan di samping keran tersebut sepertinya tidak efektif, karena tisu gulung hanya diletakkan begitu saja, meskipun langsung bisa diambil oleh pengunjung setelah cuci tangan, tisu menjadi basah semua. Jadi, untuk jaga-jaga bisa membawa tisu atau lap sendiri untuk digunakan setelah cuci tangan, dan jangan lupa membawa handsanitizernya.
Scan barcode
Setelah mencuci tangan, kita akan bertemu dengan petugas yang meminta kita untuk men-scan barcode yang tertera di pinggir kawasan pejalan kaki dengan cat. Tenang saja, karena petugas yang berjaga akan mengarahkan caranya atau mendampingi kita.
Nah, tata cara untuk mengakses barcode tersebut adalah dengan;
- Bisa scan langsung menggunakan aplikasi scanner.
- Apabila tidak memiliki aplikasi scanner, maka bisa menggunakan Google (aplikasi google bawaan handphone).
- Setelah men-scan barcode, maka akan muncul link. Dimana kemudian link tersebut akan langsung membawa kita ke aplikasi Whatsapp.
Isi dari pesan yang merujuk kepada whatsapp tersebut adalah link bukti kunjungan Zona 1 Malioboro, himbauan mematuhi protokol. Dan.. secara berkala, akan disiarkan melalui toa besar sekitar Jalan Malioboro mengenai himbauan untuk mematuhi protokol keamanan.
Cek suhu
Jarak beberapa meter setelah men-scan barcode, kemudian akan ada pos pengecekan suhu tubuh oleh petugas. Adapun jarak antre juga diatur dengan tanda atau rambu-rambu yang telah terpampang rapi di sepanjang jalan Malioboro.
Jaga jarak aman
Jalan Malioboro tidak seramai biasanya. Ya, pandemi memang berdampak kepada apapun di dunia ini. Kursi-kursi yang disediakan untuk duduk-duduk di kawasan pejalan kaki kini telah terpasang peraturan semacam ini. Dilarang duduk, harus menjaga jarak aman, dan lain sebagainya sesuai protokol.
Selain kursi, beginilah penampakan kawasan pejalan kaki sepanjang Jl.Malioboro, anjuran jaga jarak dengan rambu sedemikian rupa,
Juga ada petunjuk arah "one way/searah", akan tetapi, kemarin masih saja ada yang berseliweran kesana kemari alias pengunjung tidak berjalan satu arah. Sebenarnya, aku juga bingung, apakah pengunjung harus berjalan satu arah dari arah utara semua atau tidak? Karena pada nyatanya, aku juga tidak tahu bagaimana cara kerja petunjuk arah tersebut.
Keadaan dan situasi kawasan pejalan kaki ramai lancar, bahkan malam minggu ini tidak sepadat hari biasanya (weekdays) pada masa sebelum pandemi. Tapi ya, tetap waspada. Aku hanya berjalan separuh jalan saja, kemudian putar balik dan melanjutkan perjalanan menggunakan sepeda motor meninggalkan Malioboro.
"Apa saja yang masih buka dan tetap ada di Jl.Malioboro?"
Tempat dan Pusat Perbelanjaan
Kafe ada yang sudah buka, kedai ice cream gelato juga buka, rumah makan di suatu hotel kemarin juga buka dengan promonya untuk menarik pembeli.
Indomaret point juga buka, kemarin aku beli minum disana, dan sepi. Circle K juga buka, dan aku rasa semua masih pada buka karena aku nggak melihat sampai Titik Nol Kilometer. Mall dan pusat perbelanjaan juga buka. Penjual sepatu belakang Malioboro juga pada buka.
Penjual Keliling & Penjual Pinggir Jalan
Penjual keliling yang masih beroperasi adalah penjual kain batik, penjual es teh atau minuman. Sedangkan penjual sayap kanan jalan Malioboro dari sisi utara masih buka semua yaitu pakaian, cinderamata, dan oleh-oleh. Dan di sayap kiri penjual makanan di warung-warung juga tetap buka.
Pedagang balon-balon juga masih ada di pinggir jalan sayap kiri. Selain itu, aku kemarin saat makan sate ayam Malioboro, melihat pelukis jalanan yang sedang menata hasil karyanya dan menunggu pelanggan datang, sambil memoles hasil lukisannya.
Ini nih, bagus banget kan ya? Kalau ada yang mau dilukis sama bapak ini, bisa hubungi nomor yang tertera. Kemarin sih sempat dengar harganya sekitar seratus ribuan sekian. Bisa pakai kertas yang lebih besar dari gambar itu juga.
Sate Malioboro
Sate Malioboro masih tetap ada dan berjajar di pinggiran seperti biasanya (sayap kiri). Aku dan temanku memesan masing-masing satu porsi sate ayam + lontong. Hmm, sebelumnya aku juga pernah beli sate Malioboro di bagian ini. Masih sama, satu porsi Rp 15.000.
Baru kali ini aku menyantap sate Malioboro di tempatnya langsung. Ya, setelah duduk di sebelah ibuk penjualnya, menunggu sate matang sambil menikmati Malioboro mulai menggelap dengan kepulan asap sate dari belakang kita.
Ternyata, kalau pesen sate lontong yang pedes, bakal dikasih sambel, iya sambel, bukan potongan cabai atau pun bawang merah seperti sate lontong bisanya yang lewat depan rumah. Tapi I don't know why, sambelnya enak sekali.
Hiburan
Apa hiburan yang dicari kalau sudah di Malioboro? Kalau aku sih pasti mampir ke Angklung Malioboro itu. Ternyata mereka tidak tampil, mungkin untuk mengantisipasi supaya tidak mengundang banyak kerumunan. Tapi penyanyi (yang berkebutuhan khusus) dengan mikrofon dan tape-nya masih ada kok, teman-teman.
Alat transportasi
Andong tetap beroperasi dengan memakai plastik pembatas kusir dengan penumpang. Becak motor, becak kayuh juga tetap beroperasi. Jogjabike atau penyewaan sepeda onthel juga masih beroperasi, koleksi sepedanya juga nambah. Hampir semua transportasi tetap beroperasi termasuk trans Jogja.
Jalanan Malioboro juga tetap lumayan macet seperti biasa, motor, sepeda, mobil, becak, andong, semuanya bercampur menjadi satu, searah menuju Titik Nol Kilometer Yogyakarta, kemudian menyebar ke tujuan masing-masing.
"Bagaimana?"
Setelah parkir, aku dan temanku berjalan kaki ke Jalan Malioboro, berjalan di bagian utara, makan sate, beli minum di minimarket, lalu kembali ke parkiran dan melanjutkan perjalanan yang separuh itu dengan sepeda motor (pulang).
Perjalanan jauh pertama kala new normal, gimana perasaanku? Ya, sejujurnya deg-degan, was-was. Pakai masker, bawa handsanitizer, mencuci tangan, jaga jarak, tidak berada di kerumunan, bersih-bersih diri setelah pulang dari tempat umum.
Sebenarnya pergi ke suatu tempat pada saat situasi dan kondisi seperti ini memang membuatku was-was. Ada beberapa alasan yang aku kemudian tetap kesana. I'm sorry.
How?
Tapi kukira, kalau memang benar-benar ingin pergi, sebaiknya cek lagi apa saja yang harus dibawa terutama masker, handsanitizer, lap/tisu. Baca-baca informasi akurat mengenai tempat tujuan dan tips untu berpergian kala new normal.
0 comments