Selumbari
September 09, 2022dua hari sebelum ini,
kemarin lusa, wahai engkau..
kupikir bahwa bila tak dilarang tentang menembus bebas pagar pembatas yang keramat dan sakral itu, maka kupastikan kau tanpa berhitung akan terbang kemari dengan kedua sayap hitam besar yang segera tumbuh di balik punggungmu.
mengudara hingga angin pun membisikkan kepadaku lebih cepat, bahwa kau menggebu hendak lekas tiba.
bertemu aku, meski segunung rindu itu kau sembunyikan rapat di balik wajahmu, namun terpancar jelas dari kedua bola matamu yang hitam kecoklatan, disetujui oleh bulu matamu yang lurus dan lebat.
jika itu yang terjadi, maka kini yang tersisa ialah setumpuk sesal yang kelak kau pusingkan di kemudian.
menyalahkan sejuta rasa rinduku yang padahal kukemas rapih sendirian.
tapi kau datang bertujuan membongkarnya dengan leluasa, berusaha mempertemukan kedua rindu tanpa sapa, bebas, lepas, dan selama yang kau bisa.
wahai engkau..
terbangmu jika kau bisa, ialah jangan kemari, karena rumah yang kau bangun sendiri disana telah menanti, sebuah pulang bersama bungamu yang telah merebak aroma harum sejagat raya.
aku pun mendengar kabar perihal betapa wanginya itu, tapi sayangnya aku tak bisa merasakannya sendiri seperti yang orang-orang lain katakan.
namun, sejujurnya pun aku tak mau.
tetapi, bila itu yang terjadi, maka jangan kau kemari, sekali lagi telah kukatakan.
tentang rindumu yang bisu, tak sudi untuk kusambut halus dan merdu, karena tarianku yang diiringi alunan syahdu benar-benar tak mau kau kotori dengan indah padu gelora asmaramu.
pertengahan waktu ini yang mungkin membuatmu kini gelisah, sedang aku tak mendengar apapun tentang gelak tawa dari rumahmu atau pun rintih batin terdalammu.
karena aku yakin bahwa relungmu kosong tak terisi, kau pun tak mengerti dengan jalan ini.
aku memandangmu di kejauhan, kau yang rapih dan menggendong setumpuk kusut tak kasat mata oleh mereka semua.
ingin kulambaikan tangan menyapa dan bertanya, apa kau baik-baik saja?
tapi untuk apa?
selumbari dan esok lusa ialah perihal yang keluar pada hari ini, maka dimanakah kau sekarang akan menempatkan jati diri dan keteguhan hatimu sendiri?
wahai engkau..
aku cukup dan aku sedang meninggi.
bahwa aku lebih dari yang sekedar engkau tahu.
bahwa aku adalah tirai yang lebih luas dan tak terbayangkan yang telah engkau sia-siakan, tapi sayang.. tak bisa kau lupakan.
mantra-mantra yang mengikatmu tumbuh dari ketulusanku, mengubah kepercayaan itu menjadi senjata yang menikam dirimu, melilit kencang, dan kau pun tercekat.
aku sedih, karena hanya aku yang bisa meleburkannya.
kau akan jatuh, atau mati saja?
andai, itu yang bisa kusampaikan kepadamu, selumbari.
0 comments